AAA – Sangkay city. Bicara tentang dayak sepertinya tak akan pernah habis, saya sebagai penulis artikel di sini juga masih perlu belajar banyak., tapi pada kesempatan kali ini, dalam artikel ini saya akan berbicara tentang Balian atau Wadian. Selamat membaca !
Susunan Masyarakat Agama Dalam Masyarakat Dayak Maanyan :
1. Wadian.
Wadian (dukun) menurut peranannya adalah pemimpin ritual. Untuk keperluan kehidupan dan upacara kematian. Pada umumnya pelaksanaan upacara ini terdiri dari kaum wanita, melalui "Tumang Katuh" (Pelantikan Wadian/dukun) baru kemudian disebut "Rampu" atau "Pamungkur" atau berarti ahlinya.
2. Wadian Matei.
Bertugas untuk memanggil, memanjatkan doa untuk arwah orang yang telah meninggal dunia untuk menghadap Datu Tunjung.
Baca juga : Museum Lewu Hante Pasar Panas
3. Wadian Welum.
Wadian ini bertugas khusus mendoakan atau mengobati serta menolak bala yang mengganggu orang masih hidup, seperti :
- Wadian Amun Rahu
- Wadian Tapu Unru
- Wadian Dadas
- Wadian Bawo
- Wadian Dusun
- Wadian Diwa.
Hubungan Wadian (Balian) dengan pimpinan agama sangat erat dengan penghulu dan kepala kampung yang disesuaikan dengan tugas serta peranan masing-masing.
4. Kepala Kampung.
Kepala Kampung mengurus, mengatur keamanan dan pemerintahan kampung, sedangkan pimpinan agama mengatur upacara agama.
Keterangan tambahan :
Balian / Wadian Matei sangat berperan memanggil, mengantar dan menunjuk jalan yang berliku-liku agar sampai ke Datu Tunyung yang dikatakan penuh dengan keriaan, kecukupan tak berhingga. Biaya dan bahan yang harus tersedia : uang, beras, beras pulut, jelai, telur, ayam kecil dan besar, babi bahkan kerbau. Lama pelaksanaan dari satu malam, dua, tiga, lima, tujuh bahkan sembilan. Urutan menurut hari pelaksanaannya : Tarawen, Irupak, Irapat, Nantak Siukur dalam Marabia, untuk Ngadaton dan Ijambe dan lain sebagainya.
Pelaksanaan upacara siang malam dapat selesai berkat kegotongroyongan dan semangat kebersamaan yang tinggi. Tidak ada perhitungan berapa biaya, tenaga dan waktu maupun perhitungan ekonomi lain asal si mati bisa diantarkan sampai ke Datu Tunyung. Perbuatan kaum kerabat demikian bahkan memberi kebahagiaan kehidupan dengan arwah lain yang telah mendahului mereka. Biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia karena menjadi bekal perjalanan adiau menuju dunia kaum keluarga yang telah meninggal mendahului mereka. Tabe..
Baca juga : Tumet Leut Suku Dayak Maanyan - Siang Lengan
Susunan Masyarakat Agama Dalam Masyarakat Dayak Maanyan :
1. Wadian.
Wadian (dukun) menurut peranannya adalah pemimpin ritual. Untuk keperluan kehidupan dan upacara kematian. Pada umumnya pelaksanaan upacara ini terdiri dari kaum wanita, melalui "Tumang Katuh" (Pelantikan Wadian/dukun) baru kemudian disebut "Rampu" atau "Pamungkur" atau berarti ahlinya.
2. Wadian Matei.
Bertugas untuk memanggil, memanjatkan doa untuk arwah orang yang telah meninggal dunia untuk menghadap Datu Tunjung.
Baca juga : Museum Lewu Hante Pasar Panas
3. Wadian Welum.
Wadian ini bertugas khusus mendoakan atau mengobati serta menolak bala yang mengganggu orang masih hidup, seperti :
- Wadian Amun Rahu
- Wadian Tapu Unru
- Wadian Dadas
- Wadian Bawo
- Wadian Dusun
- Wadian Diwa.
Hubungan Wadian (Balian) dengan pimpinan agama sangat erat dengan penghulu dan kepala kampung yang disesuaikan dengan tugas serta peranan masing-masing.
4. Kepala Kampung.
Kepala Kampung mengurus, mengatur keamanan dan pemerintahan kampung, sedangkan pimpinan agama mengatur upacara agama.
Keterangan tambahan :
Balian / Wadian Matei sangat berperan memanggil, mengantar dan menunjuk jalan yang berliku-liku agar sampai ke Datu Tunyung yang dikatakan penuh dengan keriaan, kecukupan tak berhingga. Biaya dan bahan yang harus tersedia : uang, beras, beras pulut, jelai, telur, ayam kecil dan besar, babi bahkan kerbau. Lama pelaksanaan dari satu malam, dua, tiga, lima, tujuh bahkan sembilan. Urutan menurut hari pelaksanaannya : Tarawen, Irupak, Irapat, Nantak Siukur dalam Marabia, untuk Ngadaton dan Ijambe dan lain sebagainya.
Pelaksanaan upacara siang malam dapat selesai berkat kegotongroyongan dan semangat kebersamaan yang tinggi. Tidak ada perhitungan berapa biaya, tenaga dan waktu maupun perhitungan ekonomi lain asal si mati bisa diantarkan sampai ke Datu Tunyung. Perbuatan kaum kerabat demikian bahkan memberi kebahagiaan kehidupan dengan arwah lain yang telah mendahului mereka. Biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia karena menjadi bekal perjalanan adiau menuju dunia kaum keluarga yang telah meninggal mendahului mereka. Tabe..
Baca juga : Tumet Leut Suku Dayak Maanyan - Siang Lengan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar