Kamis, 13 Oktober 2016

Bumi Perkemahan Bangi Wa’u, Barito Timur

AAA – di bar-tim, tepatnya di pal 5 atau kilo meter 5 Tamiang Layang, terdapat sebuah termpat indah untuk menikmati sunset di sore hari. Ya.. tempat tersebut ada di bangi, atau yang lebih dikenal Bumi Perkemahan Bangi Wa’u.

Bangi Wa’u atau Bangi Wa’o adalah tempat perkemahan dan taman rekreasi yang terbaik di kabupaten Barito Timur. Tempat yang cukup luas tersebut telah di jadikan sebagai tempat acara-acara perkemahan, music band, wisata, dan juga tempat pameran Bartim Expo (hari jadi kabupaten bartim) serta tempat pertemuan umum.

tugu tunas kelapa di bangi
Selain itu, Bangi Wa’u juga banyak di kunjungi oleh anak muda pada sore harinya, dikarenakan tempat ini sudah disediakan bangku-bangu taman dan tempat bermain anak serta di tengah nya terdapat bundaran dan tugu tunas kelapa, dimana tunas kelapa memiliki arti yang dalam untuk anak-anak praja muda karana (Pramuka). Tempat ini juga menjadi tempat yang cocok untuk berkencan karena padang rumput menjadi pagar pembatas kemesraan anda.. haha.. vak.

Baca juga : Janah Munsit & Stay BBM

Admin sendiri pernah beberapa kali dating ke Bangi Wa’u ini, waktu itu saat sore hari.. admin bersama teman-teman barsantai di tugu dan melancarkan hobi seperti fhotografing.. dengan pemandangan taman yang indah.

Tempat yang berkesan dan juga akan menjadi kenangan bagi anda yang pernah datang ke sini dan jika “anda belum pernah berkemah di sini, berarti anda bukan anak pramuka” seperti yang diucapkan teman saya Indri Nahas dari Pramuka Saka Bayang Kara Barito Timur.

Yah.. itulah tadi sedikit tentang Bumi Perkemahan Bangi Wau, ayo datang ke Bangi!! Dan tunjukan kreatifitas mu…

Baca juga : Daftar Objek Wisata di Kab. Barito timur

depri manuel ctid from sangkay city. Tabe!

Senin, 10 Oktober 2016

#PERJALANANDITANAHDAYAK – EPISODE 2

PERJALANAN KE KEC PAJU EPAT OBJEK WISATA LEWU HANTE TELANG DAN MAKAM SUTA ONO

AAA – Pemuda selalu melakukan hal-hal yang sulit di prediksi. Karena itu kami percaya bahwa “hidup menjadi manusia ; dimana kita lahir, sekolah, bekerja, berkeluarga dan mati” niscaya hidup tak akan membaik. Maka jangan ragu untuk membuka jalan baru dan membuat perubahan.

Dalam Film ke-2 yang di buat sangkay city blog dan Jaar Sangarasi Production kali ini menceritakan tentang “Perjalanan ke Kec. Paju Epat yang berada di kabupaten Barito Timur. Dimana tempat yang menjadi tujuan kami adalah kewasan objek wisata Lewu Hante di Telang.

Ini Filemnya silahkan di tonton!!! 

Film di atas adalah cara kami mencintai alam

Tonton juga :
#PERJALANANDITANAHDAYAK – EPISODE 1
#PERJALANANDITANAHDAYAK – EPISODE 3
#PERJALANANDITANAHDAYAK – EPISODE 4

Tabe, andri aria atei ma takam katuluhni. .

Minggu, 09 Oktober 2016

Tari Pingan Dayak Mualang, Kalbar

AAA – Dayak Mualang. Tari pingan merupakan tarian Tunggal pada masyarakat Dayak Mualang Kabupaten Sekadau dimasa lalunya sebagai tarian upacara dan pada masa kini sebagai tari hiburan masyarakat atas rezeki/tuah/makanan yang diberikan oleh Tuhan.

Tari Pingan adalah salah satu tarian tradisional dari Kalimantan barat yang berupa hiburan rakyat. Pingan dalam bahasa Dayak Mualang berarti piring yang terbuat dari batu atau tanah liat. Sesuai dengan namanya, tarian ini menggunakan piring sebagai attribute dalam menari.

tari pingan
Tari ini menggunakan Pingan sebagai media atraksi dan tari ini berangkat dari kebudayaan leluhur pada masa lalu yang berkaitan erat dengan ritualisme legitimasi kelulusan beladiri tradisional Dayak Mualang (Ibanik Group).

Tari Pinggan Dayak Mualang terbagi menjadi 2 : Yaitu Tari Pinggan Laki (laki-laki) dan Tari Pinggan Indu (perempuan). Masing –masing tarian ada kesamaan dan pebedaan. Tari ini lebih menekankan pada gerakan – gerakan atraktif yang diadopsi dari gerakan silat tradisional. Dalam melakukan gerakan tari, penari membawa dua buah Pinggan ( pada zaman dahulu menggunakan piring batu, kini di ganti piring beling berwarna putih ), dan sepasang cincin yang terbuat dari timah ataupun tembaga seukuran Cincin jari tengah penari.

Kedua pinggan tersebut diangkat dan di tarikan sesuai dengan tebah atau iringan musik tradisional yang di sebut tebah Undup Biasa. Sedangkan kedua cincin timah yang digunakan penari, di hentakan ke buntut Pinggan untuk saling mengisi dengan iringan tarinya.

Masa kini tari Pinggan masih terpelihara secara alamiah, baik di turunkan secara turun-temurun maupun di pelajari secara individu dari kerabat maupun teman yang mempunyai keahlian tersebut. Tari Pinggan diajarkan kepada kaum pemuda dan pemudi daerah Mualang .

Penyebaran Tari Pinggan, meliputi daerah Belitang Hulu, Belitang Tengah maupun Belitang Hilir bahkan kini mulai merambah ke suku – suku Dayak sekitarnya yakni Ketungau, Bugau maupun Iban.

Tarian ini awalnya merupakan tarian adat yang di sajikan untuk menghibur masyarakat dalam setiap acara tradisional seperti gawai, pernikahan dan lain – lain. Tarian ini merupakan tarian yang atraktif, dengan menggunakan piring sebagai attribute menarinya. Dalam setiap gerakannya tak jarang mengundang decak kagum para penonton yang melihatnya.

Gerakan dalam tarian ini lebih menekankan pada gerakan yang atraktif menggunakan piring sebagai attribute menarinya dan di padukan dengan gerakan seni tari. Gerakan dalam tarian ini diadaptasi dari gerakan  silat tradisional dengan gerakan yang lincah dan atraktif yang sering kali membuat kagum para penontonnya.

Dalam pertunjukannya, penari membawa piring/pingan di kedua tangannya yang di gunakan untuk attribute menari. Selain itu penari di lengkapi dengan cincin di jari tengah para penari, sehingga saat penari memainkan piringnya akan menimbulkan suara apa bila piring dan cincin bersentuhan. Gerakan memainkan piring tersebut disesuaikan dengan iringan tebah agar suara dari pingan tersebut saling mengisi dengan suara iringan tebah. Tebah merupakan musik tradisional yang terdiri dari tawag, entebong (gendang panjang), dan tincin timah peningkak.



baca juga : Tari Monong, Kalimantan Barat

Walaupun Tari Pingan ini merupakan salah satu tarian tradisional yang sudah lama, namun tarian ini masih tetap di lestarikan. Banyak sanggar budaya di sana yang masih melestarikan tarian ini sebagai salah satu tarian tradisional di Kalimantan barat. tarian ini masih sering di pertunjukan di berbagai acara daerah seperti gawai, penyambutan tamu dan juga festival budaya.

Tabe!


sumber : negerikuindinesia.com

“Aksara Dunging” Dayak Iban

AAA – Andri aria atei. di Malaysia, Pulau Borneo ada sebuah aksara yang lahir di kalangan suku dayak Iban. Aksara itu di kenal dengan nama Aksara Dunging.
Menurut legenda, suku Dayak Iban sejak dahulu kala telah memiliki aksara sendiri. Alkisah Renggi, nenek moyang mereka, melarikan diri dari banjir besar sambil membawa kulit kayu berisi aksara Iban. Namun lantaran terkena air, aksara yang tercatat pada kulit kayu itu kemudian hilang. Renggi lantas menelan kulit kayu itu konon sejak saat itulah lahir tradisi menuturkan beberapa cerita silsilah dan adat secara turun-temurun berdasarkan hafalan pada masyarakat suku Dayak Iban.

Kabar baiknya, sekarang orang Dayak Iban tidak lagi hanya sekedar bisa menuturkan beberapa cerita tradisi mereka, namun dapat juga menuliskannya aksaranya berkat temuan Dunging Anak Gunggu (1904-1985), sosok Iban jenius asal Serawak, Malaysia Timur, yang menciptakan aksara Dayak Iban pada tahun 1947. Berawal dari niat untuk melestarikan bahasa Iban melalui aksara, beliau lantas menciptakan 77 simbol yang mewakili bunyi-bunyi dalam bahasa Iban dan selanjutnya menyederhanakannya menjadi 59 simbol. Karena jasanya, aksara Dayak Iban tersebut dinamakan "Aksara Dunging".

aksara dunging, dayak iban
Dunging Anak Gunggu awalnya mengajarkan beberapa simbol itu kepada keponakannya. Beberapa orang lain dari sukunya hanya menaruh minat sedikit pada aksara ciptaannya. Pemerintah kolonial Inggris pernah memohon Dunging mengajarkan aksara itu pada orang-orang Iban melalui jalur pendidikan resmi. Tetapi, usaha ini berusia pendek saja lantaran beliau tak dapat menyepakati sebagian prasyarat dalam mengajarkan aksara ciptaannya. Pengajaran akhirnya tak berlanjut dan aksara Dayak Iban sempat "tenggelam" pada masa itu.

Kemunculan kembali aksara Dayak Iban di dunia barangkali dapat dikatakan berawal pada tahun 1981, ketika terbit kamus Iban-Inggris susunan Anthony Richards yang mengakui karya Dunging. Pada tahun 1990, Bagat Nunui, anak angkat Dunging, menghimpun berbagai hal mengenai aksara ini dalam sebuah buku yang tidak dipublikasikan. Pada tahun 2001, Yayasan Tun Jugah menerbitkan ensiklopedia Dayak Iban yang berisi info mengenai aksara buatan Dunging. Lalu sekarang Dr. Bromeley Philip, salah seorang cucu-keponakan Dunging, menggiatkan kembali pelestarian aksara Dayak Iban dengan menulis buku serta mengajar mata kuliah mengenai aksara tersebut.

Upaya pelestarian itu disambut baik oleh pemerintah Malaysia, sebagian besar aksara ciptaan Dunging kemudian diajarkan juga pada orang-orang non-Dayak Iban lewat universitas, sekolah-sekolah, dan beberapa komunitas berkaitan aksara. Hebatnya lagi, saat ini telah ada piranti lunak untuk menulis aksara Dayak Iban, yaitu Laser Iban.

Pengguna aksara Dayak Iban memang sebagian besar tinggal di wilayah Malaysia dan sebagian lagi di Indonesia. Jumlah keseluruhan suku Iban di Malaysia, Indonesia, serta Brunei adalah 700.000 jiwa, 15.000 jiwa ada di Indonesia. Namun, walau di Indonesia jumlah tidak sebanyak di wilayah negara tetangga, mestinya tidak mengurangi semangat untuk mempelajari aksara Dayak Iban. Mempunyai aksara saja telah jadikan suku Dayak Iban istimewa, lantaran tak semuanya suku Nusantara mempunyai aksara.

Terima kasih telah berkunjung ke Sangkay City Blog. Salamat Kamalem!

Artikel ini bersumber dari:


infoitah.com
komunitasubi.com

Sabtu, 08 Oktober 2016

Tari Kancet Papatai Dayak Kenyah

AAA – Tari Kancet Papatai adalah tarian perang tradisional masyarakat suku Dayak di Kalimantan timur. Tarian ini merupakan kesenian tradisional dalam bentuk tari-tarian perang yang bercerita tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah yang sedang berperang melawan musuh. Tarian ini juga menggambarkan tentang keberanian para pria atau ajai suku Dayak Kenyah dalam berperang, mulai perang sampai dengan upacara pemberian gelar bagi pria atau ajai yang sudah berhasil mengenyahkan musuhnya.
Gerakan Tarian Kancet Papatai di dominasi oleh gerakan yang gesit, lincah dan juga akrobatik. Kancet Papatai diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik sampe. Gerakan saling serang dengan gerakan yang gesit di padukan dengan seni tari yang indah membuat tarian ini terlihat mempesona. Pada gerakannya tarian ini di awali dengan tarian dan gerakan teatrikal dari para penari. Kemudian di lanjutkan dengan gerakan dan teriakan yang saling memprovokasi. Lalu setelah itu akan muncul gerakan saling serang dari kedua penari. Namun sering kali saat gerakan saling serang tersebut ada gerakan jeda, yaitu saat di mana mereka terlihat beristirahat namun masih dengan kuda kuda dan di selingi dengan gerakan tari berputar - putar yang menggambarkan mereka selalu siap siaga apa bila ada serangan mendadak dari musuh.

Dalam pertunjukannya, Tari Kancet Papatai di bawakan oleh dua penari laki laiki yang di balut dengan busana adat Dayak kenyah Kalimantan timur yang biasa di sebut dengan sapei sapaq. Sapei sapaq pada umumnya berwarna dasar hitam yang di hiasi dengan manik manik berwarna kontras. Pada bagian atas biasanya pakaian yang berbentuk seperti rompi, dan bagian bawah berbentuk cawat yang biasa di sebut dengan abet kaboq. Hiasan manik – manik berwarna cerah ini menurut masyarakat suku Dayak kenyah merupakan simbol yang menggambarkan kecintaan masyarakat Dayak kenyah akan alam, keharmonisan dan perbedaan.

Dalam pertunjukan Tari Kancet Papatai, para penari di lengkapi dengan Mandau asli dan juga perisai untuk bertahan, sehingga aksi saling serang yang di lakukan kedua penari tersebut terlihat menegangkan. Dalam tarian ini juga di iringi dengan iringan music khas Dayak kenyah seperti sape. Sehingga membuat suasana pada pertunjukan tersebut terasa lebih hidup dan membuat penonton terhanyut dalam pertunjukan tari yang menakjubkan.

Dalam perkembangannya, Tari Kancet Papatai ini sering di pentaskan dalam acara menyambut tamu kehormatan atau pada kegiatan budaya lainnya. Tarian ini juga bisa temukan di berbagai acara festival budaya di Indonesia. Tari Papatai ini merupakan salah satu tarian yang menjunjung keharmonisan dan nilai nilai warisan budaya yang patut di jaga dan di lestariakan.

#the city of bbm. Tabe!

ref : negerikuindonesia.com

Jumat, 07 Oktober 2016

Cerita Rakyat Kalimantan : Hantu Gergasi (Suku Dayak Mualang)

AAA - Di suatu kampung yang terletak di dekat bibir Rimba belantara diyang amat lebat serta tanahnya yang subur makmur dan tidak akan kekurangan segala sumber makan serta dikelilingi oleh banyak aliran sungai, hiduplah sebuah keluarga muda sepasang suami istri.Nama kepala keluarga muda ini ialah Demong Ranjuk dan istrinya yang cantik  jelita dan ketika itu sedang mengandung anaknya yang pertama. Walau tidak disebutkan namanya, istri Demong Ranjuk yang rupawan ini memiliki rambut lurus, mata bening indah, bibir merak merekah, pipinya selalu merah apabila terkena sinar matahari bagaikan kena getah kayu rengas.

  Seperti warga kampung lainya mereka juga berladang. Demong Ranjuk memiliki kegemaran berburu, maka dia memiliki banyak sekali anjing yang dipelihara untuk berburu. Anjing-anjing Demong Ranjuk ini sangat cekatan dan gesit.Pada suatu saat istri Demong Ranjuk yang sedang hamil ini mengidam yang agak aneh yaitu dia ingin sekali makan hati pelanduk / kancil putih.
Sudah berpuluh-puluh pelanduk didapatkan namun begitu hasilnya diperiksa hasilnya nihil karena warnanya sama seperti layaknya hati binatang lain. Demong Ranjuk selalu menenangkan hati istrinya untuk bersabar. Istrinya akhirnya tetap bersabar juga, walau ngidamnya agak aneh. Pasangan ini tidak lupa untuk selalu berdoa memohon petunjuk dari Petara ( Tuhan ) agar persoalan ini dapat di luruskan dan dijawab oleh Sang Petara. Tak lupa juga Demong Ranjuk untuk bertanya dan meminta bantuan kepada teman-teman dan tetua-tetua kampung tentang sebab musabab keanehan yang terjadi pada istrinya.Namun semua warga kampung menggelengkan kepala dan akhirnya menjawab tidak mengerti. Untuk menjawab segala teka-teki ini maka Demong Ranjuk sepakat dengan istrinya untuk berburu di hutan belantara dan bermalam di sana.

   Pada suatu pagi yang cerah, sebelum matahari menyingsing, Demong Ranjuk telah berangkat ke hutandengan satu harapan dapat menemukan hati pelanduk putih guna memenuhi ngidam istrinya. Denganperbekalan yang sangat lengkap dan anjing-anjing pilihan, Demong Ranjuk pun berjalan melintasi hutan rimba belantara yang sangat lebat untuk pergi berburu.
Di suatu tempat yang agak lapang di bibir hutan, anjing-anjing Demong Ranjuk menyalak dengan suara yang sangat riuh ketika mereka melihat seekor babi hutan yang tua dan besar. Mendengar suara salakan anjing yang sangat ramai itu, Demong Ranjuk pun segera memberi semangat kepada anjing-anjingnya untuk terus mengepung buruannya itu. Terbersit dalam pikiran Demong Ranjuk kalau pada saat ituanjing-anjingnya sedang menyalak karena menemukan seekor pelanduk putih. Namun setelah akhirnya melihat bahwa anjing-anjing tersebut menyalak karena melihat seekor babi hutan yang sangat besar dan sudah bertaring panjang, maka Demong Ranjukpun bertekat untuk membunuh babi hutan yang sangat besar tersebut dan nantinya digunakan untuk membuat ramuan campuran daun ara bila sang istri tercinta kelak selesai bersalin.

   Demong Ranjuk kemudian menancapkan tombaknya ke arah rusuk babi besar tersebut dan babi itu pun kemudian jatuh tersungkur, namun masih hidup. Kemudian babi itu bangkit lagi dan melihat ke arah Demong Ranjuk dan ingin menyeruduk Demong Ranjuk. Karena Serangan babi ini lalu Demong Ranjuk secepat kilat mencabut parang dari sarungnya dan mengarahkan parang tersebut untuk memotong leher babi itu, namun salah sasaran. Parang Demong Ranjuk yang tajam dan besar itu mengenai akar blungkak. Dan nasib sialpun dialami olehnya, parang Demong Ranjuk itu memantul dan malah memotong kepalanya sendiri hingga putus. Kepala Demong Ranjuk yang terpotong itu kemudian terjatuh ke dalam jurang yang amat dalam. Namun tangan Demong Ranjuk terus meraba-raba untuk mencari kepalanya dan akhirnya tangan Demong Ranjuk berhasil menggapai kepala anjing berburunya yang paling besar.Dalam kepanikannya itu Demong Ranjuk akhirnya dengan nekat memotong kepala anjing itu hingga putus dan menancapkan kepala anjing itu ke lehernya dan keajaiban kemudian terjadi. Kepala anjing tersebut langsung menempel dilehernya dan menyatu dengan leher Demong Ranjuk. Dengan kejadian ituakhirnya Demong Ranjuk pun berubah menjadi " Manusia yang Berkepala Anjing".

   Karena kejadian ini Demong Ranjuk pun malu untuk pulang ke kampungnya dan bertemu dengan istri tercinta yang sedang mengadung anak pertamanya. Dia sangat malu karena kenyataan pahit yang dialami dalam hidupnya ini, memang Demong Ranjuk masih hidup seperti manusia tapi kepalanya sudah berubah menjadi kepala seekor anjing. Dengan kenyataan ini akhirnya Demong Ranjuk memilih untuk hidup mengembara dan tinggal di dalam hutan secara berpindah-pindah. Dia juga membangun pondok untuk dirinya dan anjing-anjingnya. Di setiap pondok yang dibangunnya dia menanam pohong pinang yang dulu dibawanya dari dari rumah sebagai kenang-kenangan.
Dengan berlalunya waktu, Demong Ranjuk sudah bertahun-tahun tinggal dan mengembara di hutan dan keadaan tubuhnyapun mulai berubah. Tubuhnya ditubuhi oleh bulu merah dan rupanya menjadi semakin seram. Anjing-anjingnyapun berubah wujud menjadi burung-burung engkererek. Demong Ranjuk sekarang tidak bebrburu pada siang hari lagi akan tetapi berubah menjadi pada saat malam. Demong Ranjuk sudah berubah menjadi Antu Gergasi
.
Sepertinya dengan Demong Ranjuk, istrinyapun sudah melahirkan seorang anak laki-laki dan dan tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah. Tak terasa waktu berlalu selama 20 tahun sejak kejadian di hutan saat Demong Ranjuk pergi berburu.

   Pada suatu saat Istri Demong Ranjuk terkejut saat ia mendengar pertanyyan putranya yang menanyakan tentang keberadaan bapaknya kepada sang ibu. Istri Demong Ranjuk pun tak dapat membendung air matanya karena terkenang akan suami tercintanya yang telah hilang bagai ditelan bumi. Akhirnya istri Demong Ranjuk pun menceritakan keadaan sesungguhnya kepada sang anak tentang bapaknya. Mengapa sang bapak pergi dan bagaimana sang bapak berusaha mencari hati pelanduk putih yang diidamkannya ketika si anak masih berada dalam kandungannya. Mendengar cerita itu, pada suatu hari sang anak pamit kepada ibunya untuk mencari sang bapak di dalam rimba. Atas permintaan itu, sang ibu memberi ijin dan petunjuk tentang sang bapak. kalau sang anak melihat pohon pinag yang tumbuh di dalam hutan itulah tanda-tanda yang telah ditinggalkan oleh sang bapak di dalam rimba. Setelah itu berangkatlah sang anak ke dalam hutan untuk sanag bapak. Di dalam hutan dia menemukan banyak bekas pondok dan pohon pinang. Dari bekas pondok ke pondok dia terus menyusuri jejak sang bapak. Pada pondok ke tujuh , dia melihat pinang yang sangat lebat dan ada tanda sapa dari kejauhan. Di tempat itu sang anak melihat sesosok makhluk yang bertubuh manusia dan berbulu merah serta berkepala anjing, nalurinya menyatakan bahwa itulah sang bapak dan sang bapak juga merasakan hal yang sama terhadap anaknya. Mereka berpelukan untuk melepas rindu mereka dalam pertemuan itu.

   Tiga malam sang tinggal dalam pondok yang dibangun oleh sang bapak. Sang bapak karena keadaanya yang memilukan tidak pulang, karena dia sudah berubah menjadi Antu Gergasi. Dia hanya menitip salam untuk ibunya dan agar tetap tabah dan menerima kenyataan yang ada. Dan Sang Ayah meninggalkan pesan kepada anaknya untuk selalu diingat hingga ke anak cucunya nanti. Pesan bapak kepada sang anak, yaitu: "Bila kalian nanti sampai ke anak cucu dan turunan kalian mendengar ada orang berburu dan memanggil anjing-anjing di hutan, segeralah kalian membakar sabut pinang agar kalian tidak menjadi sasaran buruanku."Cerita ini menjadi mitos dalam masyarakat suku Dayak' Mualang. Hingga sampai saat ini jika oarang Dayak' Mualang bermalam di pondok dalam hutan dan mendengar suara orang berburu malam dan suara burung engkererek, maka pasti mereka akan membakar sabut pinang agar Antu gergasi pergi dan berhenti, karena dia tahu kalo mereka masih keluarga dan orang Mualang.

Namun saat ini menjadi lain suara Antu gergasi itu telah hilang dan berubah menjadi suara gemuruh buldoser yang membabat rimba untuk di sulap menjadi perkebunan sawit

( Apollonaris. Sumber cerita: Perua (alm), kampung: Tapang Pulau, Sekadau. Cerita ini juga terdapat pada subsuku Daya' Rumpun Ibanik lainnya ).
Sumber: Majalah Kalimantan Review, No:174/XIX/Februari/2010

Muntay_langit

Kamis, 06 Oktober 2016

Tari Monong atau Tari Manang, Kalimantan Barat

AAA – di Kalimantan bagian barat, terdapat sebuah tarian adat dayak, yaitu tari Monong. Tari Monong adalah merupakan tari Penyembuhan yang terdapat pada seluruh masyarakat Dayak. tari ini berfungsi sebagai penolak/penyembuh/ penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. tarian ini hadir disaat sang dukun sedang dalam keadaan trance, dan tarian ini merupakan bagian dari upacara adat Bemanang/Balian.
Tari Monong juga sering di sebut sebagai Tari Manang atau Tari Baliatn. Tarian ini awalnya merupakan tarian penyembuhan yang di lakukan oleh para dukun suku Dayak dengan membacakan mantra sambil menari. Dalam tarian ini juga di ikuti oleh anggota keluarga dari yang sakit dan di pimpin oleh seorang dukun. Tarian Monong merupakan ritual yang di lakukan untuk memohon penyembuhan kepada Tuhan agar warga yang sakit di berikan kesembuhan. Namun seiring dengan perkembangan jaman, tarian ini tidak hanya di gunakan sebagai tarian penyembuhan saja, namun juga sebagai sarana hiburan sebagai pelestarian kesenian tradisional suku Dayak.

Gerakan dalam Tari Monong lebih menekankan pada gerakan saat dukun melakukan ritual penyembuhan. Gerakan tersebut adalah gerakan saat dukun melakukan pembacaan mantra dan menari pada saat ritual berlangsung, sehingga tarian ini sangat kental dengan nuansa mistis.

Dalam pertunjukannya, Penari di balut dengan busana khas suku Dayak di Kalimantan barat. Penari juga di lengkapi dengan berbagai alat yang di gunakan untuk ritual. Dalam tarian ini juga di iringi oleh berbagai alat music tradisional suku Dayak agar suasana pertunjukan lebih hidup.

Dalam perkembanganya, Tari Monong tidak hanya di gunakan untuk ritual saja, namun juga di gunakan sebagai hiburan masyarakat. Tentunya dalam transformasi itu banyak kreasi dan variasi dalam gerakan saat pertunjukannya. Kreasi tersebut di lakukan untuk melestarikan kesenian tradisional suku Dayak di Kalimantan barat, selain itu juga agar pertunjukan terlihat menarik, namun tetap tidak menghilangkan nilai - nilai di dalamnya. tarian ini sering di pertunjukan pada saat acara adat seperti Bemanang/Balian, penyambutan tamu, dan juga di festival budaya.

Sekian dulu tentang tari Monong, mohon kritik dan saran nya.. tabe!

Sumber :
Negerikuindonesia.com
Kidnesia.com

Cerita Kampung Pahandut! dan Sejarahnya menjadi IbuKota Kalimantan Tengah

AAA – Pahandut!! Kempung kecil di pinggir Sungai Kahayan yang sekarang menjadi ibukota provinsi Kalimantan Tengah, yaitu Kota Palangka Raya. Kampung Pahandut dulunya adalah salah satu kampung tertua di daerah aliran sungai Kahayan bagian hilir, seperti halnya kampung Maliku, Pulang Pisau, Buntoi, Penda Alai dan Gohong.

Asal-usul Kampung Pahandut


Pada jaman dahulu (±18 M) di sebuah kampung yang berada di daerah aliran sungai Kahayan, yang bernama Lewu Rawi (kelak dikenal sebagai lewu Bukit Rawi), terdapat pasangan suami-isteri Bayuh dan Kambang. Konon dikisahkan bahwa karena keadaan tanah di Lewu Rawi tidak cocok untuk lahan bertani dan berkebun, membuat Bayuh dan Kambang memutuskan untuk mencari kawasan lain yang lebih subur.

Mereka kemudian "masuh" (mendayung perahu ke arah hilir) menyusuri Sungai Kahayan yang akhirnya menemukan sebuah tempat yang subur untuk bertani dan berkebun serta hasil hutan/alam yang melimpah, sehingga singkat cerita kehidupan mereka menjadi lebih baik. Kabar tentang tanah yang subur, serta perbaikan kehidupan kedua suami istri tersebut terdengar oleh warga masyarakat lewu Rawi yang lain sehingga banyak sanak keluarga yang berasal dari kampung tersebut bahkan bahkan warga dari kampung/desa lain mengikuti jejak Bayuh dan Kambang pindah ke daerah baru itu.

Akhirnya daerah baru tersebut kemudian berkembang menjadi tempat usaha, bertani dan berkebun lalu menjadi tempat permukiman. Dalam bahasa Dayak Ngaju hal yang demikian dinamakan "Eka Badukuh" atau tempat bermukim, para warga menyebutnya Dukuh ain Bayuh, singkatnya permukiman itu disebut Dukuh Bayuh. Demikian Dukuh Bayuh semakin lama semakin berkembang maju, karena ternyata daerah itu dan sekitarnya memiliki sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup warganya antara lain lokasi pemungutan hasil hutan seperti damar, getah jelutung (pantung), getah hangkang, katiau, dan rotan serta perairan sungai yang kaya dengan berbagai jenis ikan terutama di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sebangau.

Kala itu dataran pematang (tanah tinggi) yang membentang dari sungai Kahayan menuju sungai Rungan disebut tangking, terkenal dengan nama Bukit Jekan dengan tanah berbukit di Tangkiling pada kawasan tepi Barat sungai Kahayan, sedangkan di bagian Timur, terdapat danau besar yang dinamakan Danau Tundai dengan jumlah dan jenis ikan yang melimpah. Pada kawasan hulu dan hilir dari Dukuh Bayuh tersebut juga terdapat puluhan danau kecil yang banyak ikannya. Semuanya merupakan sumber mata pencaharian dan kehidupan warga Dukuh Bayuh sekaligus menjadi daya tarik bagi pendatang dari daerah lain untuk ikut berusaha di dukuh itu. Maka berubahlah Dukuh Bayuh yang semula hanya tempat berusaha : bertani dan berkebun menjelma menjadi lewu (desa), dan Bayuh tetap sebagai Pambakal (Kepala Desa). Dukuh Bayuh yang berkembang maju tersebut telah menjadi Kampung dengan kehidupan warga makmur dan sejahtera.

Sementara itu diceritakan bahwa terdapat seorang tokoh yang disegani oleh seluruh warga masyarakat Dukuh Bayuh karena mempunyai kelebihan yang sangat menonjol. Sang tokoh dianggap memiliki kesaktian dan ilmu serta oleh masyarakat setempat dipercaya sebagai "orang pintar". Masyarakat Dukuh Bayuh bahkan masyarakat dari daerah lain sering minta pertolongan pada sang tokoh tentang berbagai hal. Sang Tokoh tersebut mempunyai anak-sulung laki-laki yang bernama Handut, dan sesuai adat orang Dayak Ngaju yang menganut "Teknonimi", yaitu pemberian nama kepada ayah atau ibu berdasarkan nama anaknya, maka tokoh Desa Bayuh yang "berilmu' itu sangat akrab disapa Bapa Handut atau Pa Handut.

Ketika usianya sudah lanjut, Bapa Handut sering sakit-sakitan, dan ketika keadaan sakitnya sudah parah nampaknya sulit menghembuskan nafas terakhir. Warga Desa Bayuh merasa cemas dan prihatin atas penderitaan sang tokoh yang mereka hormati. Akhirnya kehendak Tuhan pun terjadi dan wafatlah Bapa Handut diiringi kesedihan dan isak tangis seluruh warga. Tokoh yang dihormati dan disegani telah tiada.

Guna mengenang dan menghormati sang tokoh yang sangat berpengaruh tersebut, semua warga masyarakat setuju Desa Bayuh diubah namanya menjadi Desa PAHANDUT (yang berasal dari kata Bapa Handut - panggilan akrab Sang Tokoh). Siapa nama asli Sang Tokoh itu, ternyata orang keturunan "asli" desa Pahandut tidak dapat memberi jawaban.

Dalam arsip Pemerintah Hindia Belanda nama Desa Pahandut tercatat dalam laporan Zacharias Hartman, seorang pejabat Pemerintah Hindia Belanda yang melakukan perjalanan menyusuri Sungai Kahayan dan Sungai Kapuas pada Bulan Oktober 1823. Dalam laporan perjalanannya, Orang Belanda pertama yang langsung menginjakkan kaki pada DAS Kahayan dan Kapuas tersebut menyebutkan Desa Pahandut sebagai salah satu desa yang dikunjungi.

Keberadaan Kampung Pahandut juga dilaporkan oleh para misionaris (para pengabar Injil) dari Jerman. Pada tahun 1859, Kampung Pahandut tercantum dalam peta yang dibuat para misionaris tersebut, dan Kampung Pahandut merupakan salah satu pangkalan (stasi) dari kegiatan penyebaran agama Kristen di sepanjang Sungai Kahayan. Laporan selanjutnya dari para misionaris menyebutkan bahwa pada tahun 1896, Misionar G.A. Alt bertugas di Stasi Pahandut, dan telah terbentuk jemaah Kristen dengan berdirinya bangunan gereja di Kampung itu. Letak bangunan gereja tersebut diperkirakan berada di Jalan Kalimantan sekarang. Pada tahun 1974, bangunan gereja yang terletak di tengah jalan tersebut, dibongkar untuk keperluan pembangunan dan pengaspalan jalan.

Dari notulen Rapat Perdamaian di Tumbang Anoi (tahun 1894) disebutkan bahwa di kampung Pahandut telah berdiri sebanyak delapan buah rumah panjang (betang - rumah adat suku Dayak). Jika satu rumah betang berisi lima keluarga, maka paling sedikit Kampung Pahandut pada waktu itu telah dihuni oleh empat puluh keluarga. Itu berarti, kampung itu sudah cukup ramai.


Sejarah Singkat terbentuknya Prov. Kalimantan Tengah dan terpilihnya Kampung Pahandut menjadi Ibukota.


Pada masa kemerdekaan, setelah terbentuknya Propinsi Administratif Kalimantan, maka sejak tahun 1952 telah muncul tuntutan dari rakyat di tiga Kabupaten, yaitu : Kapuas, Barito dan Kotawaringin, agar tiga kabupaten tersebut dibentuk menjadi Propinsi Otonom dengan nama Propinsi Kalimantan Tengah. Tuntutan yang demikian terus menggelora dan disampaikan baik kepada Pemerintah Daerah Kalimantan maupun kepada Pemerintah Pusat melalui jalur demokrasi oleh partai-partai politik dan organisasi kemasyarakatan.

Setelah melalui proses dramatis yang sempat menimbulkan perlawanan fisik yang menjurus kepada gerakan bersenjata atau yang lebih dikenal dengan Gerakan Mandau Talawang Pantjasila Sakti (GMTPS) serta didukung diplomasi politis berupa Kongres Rakyat Kalimantan Tengah yang terus-menerus mendesak pemerintah pusat, akhirnya pada tanggal 10 Desember 1956, Ketua Koordinasi Keamanan Daerah Kalimantan / Gubernur Kalimantan RTA. Milono menyampaikan pengumuman tentang terbentuknya Propinsi Kalimantan Tengah meliputi daerah-daerah Kabupaten Barito, Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Kotawaringin.

Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah R.T.A. Milono selanjutnya mengambil suatu kebijaksanaan membentuk Panitia untuk merumuskan dan mencari dimana daerah atau tempat yang pantas/wajar untuk dijadikan Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah. Panitia yang dibentuk pada tanggal 23 Januari 1957 terdiri dari :

1. Mahir Mahar (Ketua)
2. Tjilik Riwut (Anggota)
3. G. Obos (Anggota)
4. E. Kamis (Anggota)
5. C. Mihing (Anggota)
6. R. Moenasier (Penasihat Ahli)
7. Ir. D.A.W. van Der Pijl (Penasihat Ahli)

Sesudah Panitia mengadakan rapat-rapat serta menghubungi tokoh-tokoh Kalimantan Tengah, serta para pejabat baik Militer maupun Sipil tingkat Kalimantan di Banjarmasin antara lain Kolonel Koesno Utomo (pada waktu itu adalah Panglima Tentara dan Teritorium VI/Tanjungpura), diperoleh kesimpulan sementara : "Sekitar desa Pahandut, di kampung Bukit Jekan dan sekitar Bukit Tangkiling ditetapkan untuk calon ibukota Propinsi Kalimantan Tengah".

Masyarakat Kampung Pahandut menyambut dengan antusias rencana tersebut dengan membuat Pernyataan yang menyatakan kegembiraan dan terima kasih yang tidak terhingga atas rencana Pemerintah tersebut. Pernyataan tersebut dibuat dan ditandatangani pada tanggal 30 Januari 1957 oleh tokoh / pemuka adat Kampung Pahandut, yaitu :

1. Abd. Inin
2. St. Rasad
3. H. Tundjan
4. Buntit Soekah
5. Dinan Gani
6. J. Rasan
7. Tueng Kaling

Demikianlah kurang lebih 4 bulan kemudian, dengan didahului upacara adat dari suku dayak yang bertempat di lapangan Bukit Ngalangkang, Pahandut pada tanggal 18 Mei 1957 diumumkanlah nama ibukota Propinsi Kalimantan Tengah. Gubernur RTA. Milono dalam pidatonya antara lain mengemukakan cita-cita beliau bahwa untuk memberi nama Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah harus disesuaikan dengan jiwa pembangunan dan tujuan suci. maka yang dipilih adalah KAMPUNG PAHANDUT dengan nama PALANGKA RAYA.


Sumber : 
Infoitah.com
centralborneo.ne
t

Selasa, 04 Oktober 2016

Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR)

AAA – di pulau borneo terdapat sebuah Taman Nasional Bukit Baka dan Bukit Raya. Taman nasional atau Cagar Alam ini berada di 2 provinsi yaitu Kalimantan Barat dengan Taman Nasional Bukit Baka dan Kalimantan tengah dengan Taman Nasional Bukit Raya yang kemudian di gabung menjadi Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Kawasan hutan Bukit Baka Bukit Raya Merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan tropika pengunungan yang mendominasi puncak-puncak Pegunungan Schwaner dengan luas 181.090 Ha
Peta Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Kawasan ini memiliki peranan penting dalam Fungsi hidrologis sebagai catchment area bagi Daerah Aliran Sungai Melawi di Kalimantan Barat dan Daerah Aliran Sungai Katingan di Kalimantan Tengah.

Tercatat 817 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 139 famili di antaranya Dipterocarpaceae, Myrtaceae, Sapotaceae, Euphorbiaceae, Lauraceae, dan Ericadeae. Terdapat juga tumbuhan obat-obatan, anggrek hutan, bunga Rafflesia (Raflesia sp.) yang merupakan tumbuhan parasit terbesar dan juga tumbuh di Gunung Kinibalu, Malaysia. Tumbuhan endemik antara lain Symplocos rayae, Gluta sabahan, Dillenia beccariana, Lithocarpus coopertus, Selaginnella magnifica, dan Tetracera, glaberrima.

Keistimewaan lainnya dari taman nasional Bukit Baka Bukit Raya adalah melimpahnya jenis-jenis dari suku Symplocaceae seperti Symplocos adenophylla, Symplocos crassipis, Symplocos laeteviridis, Symplocos rayae dan Symplocos rubiginosa.

Hewan yang tinggal di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya diantaranya yaitu :
-    Beruang Madu (Helarctus Malayanus)
-    Musang Wisel (Mustela Nupides)
-    Macan Dahan (Neofelis Nebulosa)
-    Kucing Hutan (Felis Begalensis)
-    Kucing Emas (Felis Badia)
-    Babi Hutan Putih (Sus Barbatus)
-    Babi Hutan (Sus Scrofa)
-    Orang Utan (Pongo Pygmaeus)
-    Wau-Wau (Hylobates Lar)
-    Lutung Kelabu (Presbytis Cristata)
-    Lutung Hitam (Presbytis Melalophos)
-    Kelasi/ Lutung Merah (Presbytis Rubicunda)
-    Lutung Dahi Putih (Presbytis Frontata)
-    Owa Ungko (Hylobates Albibarbis)
-    Kelempiau (Hylobates Muelleri)
-    Kukang (Nyticebus Coucang Borneanus)
-    Rusa Sambar (Cervus Unicolor Brookei)
-    Bajing Terbang (Petaurista Elegans Banksi)
-    Musang Belang (Visvessa Tangalunga).

Jenis burung yang menetap di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya :

-    Enggang Gading (Buceros Vigil)
-    Elang Tiram (Pandion Haliaetus)
-    Elang Bondol (Haliaetus Indus)
-    Ayam Hutan (Lophura Bulweri)
-    Rangkok Badak (Buceros Rhinoceros Borneoensis)
-    Enggang Hitam (Anthracoceros Malayanus)
-    Delimukan Zamrud (Chalcophaps Indica)
-    Uncal Kouran (Macropygia Ruficeps)
-    Kuau Raja (Argusianus Argus Grayi)
-    Kuau Kerdil Kalimantan (Polyplectron Schleiermacheri).

Serta Barbourula Kalimantanensis, salah satu Katak asli Indonesia yang belakangan ini menjadi perhatian para peneliti dan amfibi di dunia karena diduga adalah spesies yang baru ditemukan.

Kawasan hutan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya didominir oleh puncak-puncak pegunungan Schwaner. Keberadaan pegunungan tersebut merupakan perwakilan dari tipe ekosistem hutan hujan tropika pegunungan dengan kelembaban relatif tinggi (86%).


Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Jika anda ingin mengunjungi taman nasional bukit baka bukit raya ini, sangkay city blog merekomendasikan tempat-tempat yang perlu anda lihat dan anda datangi. Tempat-tempat tersebut ialah :

Bukit-bukit tempat pendakian :

 
1.    Bukit Baka. Pendakian, menyelusuri sungai dan pengamatan satwa/tumbuhan. Bukit ini mempunyai ketinggian 1.620 meter dpl, dan sering ditutupi kabut dengan suhu udara antara 15° – 20°C. Puncak Bukit Baka dapat ditempuh sekitar tujuh jam perjalanan dari Dusun Nanga Juoi Kecamatan Manukung.
2.    Bukit Raya. Pendakian, menyelusuri sungai dan pengamatan satwa/tumbuhan, wisata budaya. Ketinggian Bukit Raya sekitar 2.278 meter dpl, suhu udara antara 7° – 10°C. Lama pendakian dari Nanga Jelun-dung, dusun Rumokoy, Mihipit, Hulu Labang, Birang Merabai sampai ke puncak bukit sekitar 3-4 hari.
3.    Bukit Asing (1.750 m dpl)
4.    Bukit Melabanbun (1.850 m dpl)
5.    Bukit Panjing (1.620 m dpl)
6.    Bukit Panjake (1.450 m dpl)
7.    Bukit Lesung (1.600 m dpl).

Sungai Senamang, Sepan Apui dan Sungai Ella.
Arung Jeram yang berada di sungai Ella, sumber Air Panas Sepan Apui di daerah Batu Panahan, Air terjun Demang Ehud yang merupakan patahan dari Sungai Ella hulu dan padang Pengembalaan Rusa serta Pengamatan Satwa

Tempat Menariklannya yang ada di luar taman nasional :

 
Kaburai yaitu Stasiun Pelatihan dan Penelitian Kehutanan yang terletak di Dusun Kaburai. Tumbang Gagu.

Wisata budaya, bagi yang mengagumi wisata dan menikmati karya budaya penduduk asli suku Dayak. Di sekitar taman nasional ini ada kelompok suku-suku Dayak, seperti : Dayak Limbai, Dayak Ransa, Dayak Kenyilu, Dayak Ot Danum, Dayak Malahui, Dayak Kahoi dan Dayak Kahayan. Dimana terdapat Rumah Betang (rumah adat suku dayak), patung-patung leluhur yang terbuat dari kayu ulin, dan kerajinan tangan, serta upacara adat

Musim kunjungan terbaik : bulan Juni s/d September setiap tahunnya

Gamabar Taman nasional Bukit Baka Bukit Raya
Cara pencapaian lokasi (TNBBBR) : 
 
-    Melalui Pontianak-Sintang-Nanga Pinoh (mobil), 460 km selama sembilan jam dan dilanjutkan ke Nanga Nuak dengan speedboat selama 2,5 jam. Dari Nanga Nuak ke lokasi taman nasional selama dua jam dengan mobil.
-    Melalui Palangkaraya-Kasongan menggunakan mobil selama 1,5 jam, dilanjutkan menggunakan speedboat selama tiga jam menuju Tumbang Samba, dan ke Tumbang Hiran selama tiga jam dan ke Tumbang Senamang dan Kutuk Sepanggi selama dua dan empat jam.

Logo Taman Nasional Bukit baka Bukit Raya
Itulah tadi Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) menarik untuk kita kunjungi. Tabe!

Editor : Depri Manuel
Sumber : Internet

Senin, 03 Oktober 2016

Tari Jepen, Kesenian Budaya Kalimantan Timur

AAA – Tari Jepen Merupakan Kesenian Budaya rakyat Suku Kutai Kartanegara ing Martadipura yang dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Islam, berkembang di berbagai daerah disepanjang pesisir sungai mahakam maupun di daerah pantai di Kalimantan Timur.
Tari japen ini berkembang di  berbagai daerah pinggiran sungai Mahakam Kalimantan timur. Tarian ini merupakan salah satu tarian yang mempresentasikan kebudayaan melayu yang dinamis, atraktif, energik dan bersahaja.

Pada dasarnya gerakan dalam tarian ini sangat kental akan nuansa melayu. Sama halnya dengan tarian yang ada di Indonesia lainnya seperti tari zapin, tari dana, dan tari bedana yang semua berasal dari masyarakat suku melayu. Salah satu yang menunjukkan ciri khas melayu terlihat pada tata rias dan busananya. Dalam tata rias penari wanita umumnya di buat minimalis, tanpa menghilangkan sentuhan khas melayu pada busana penari tersebut.

Dalam pertunjukannya, Tari Jepen terdiri dari 2 jenis yaitu :

1.    Tari Jepen genjoh
Tari Jepen Genjoh Mahakam adalah salah satu jenis kreasi tari jemen yang sebagian besar gerak dalam tarian ini memang murni dari Tari Jepen. Misalnya, gerakan penghormatan, gerakan gelombang, gerakan samba setengah, gerakan samba penuh, jalan kenyak, seluang mudik dan gerak taktim. Secara umum tari genjoh Mahakam banyak mempresentasikan kebudayaan melayu.


2.    Tari Jepen eroh

Merupakan Tarian Jepen yang tidak meninggalkan gerakan aslinya seperti ragam penghormatan, ragam gelombang, ragam samba setangan, ragam samba penuh, ragam gengsot, ragam anak, dan lain-lain. eroh dalam bahasa kutai berarti ramai atau bergembira. Penataan dalam tarian ini penuh gerakan dinamis dan penuh dengan penggambaran kegembiraan

Dalam pertunjukan, Tari Jepen di iringi dengan music tingkilan. Musik tingkilan merupakan salah satu seni music khas kutai. Dalam music tingkilan, alat musik yang di gunakan adalah  gambus, ketipung, kendang dan juga biola. Selain itu juga di iringi dengan nyanyian yang di sebut dengan bertingkilan. Bertingkilan berarti bersahut – sahutan. Nyanyian ini biasanya di bawakan oleh dua orang penyanyi yang saling bersahutan dalam menyanyanyikan syair syair yang berisi petuah atau pesan moral.

Baca juga : Tari hudoq, Kaltim

Dalam perkembangannya Tarian Jepen sering di pertunjukan dalam festival budaya yang di gelar oleh pemerintah daerah di Kalimantan timur sebagai wujud pelestarian kesenian daerah. Selain itu tarian ini bisa kita temukan di berbagai acara budaya seperti pernikahan, penyambutan tamu dan lain - lain.

Ayo berkunjung ke Kalimantan timur!!


sember : negerikuindonesia.com

Minggu, 02 Oktober 2016

Daftar Suku Dayak di Sarawak, Malaysia

AAA – Andri aria atei, Pulau Kalimantan adalah pulau terbesar ke 3 di dunia, di pulau ini terdapat suku asli yang menetap, yaitu suku Dayak. Kalimantan sendiri dimiliki oleh tiga Negara yaitu Malaysia, Brunai dan Indonesia.
Dalam artikel ini kita akan membahas tentang suku – suku dayak yang ada di Malaysia. Sarawak merupakan salah satu negara bagian di Malaysia, yang terdapat etnis dayak yang dianggap sebagai penduduk asli wilayah ini. Sebenarnya daerah Sarawak ini yang menjadi mayoritas adalah kaum Melayu Sarawak. Tapi keberadaan suku Dayak juga menjadi bagian penting bagi perkembangan Sarawak.

Berikut daftar suku -  suku Dayak di Sarawak adalah :

1.    Bakati’ Rara 
2.    Balau
3.    Bemali (Bah Mali) 
4.    Berawan Tengah
5.    Berawan Timur
6.    Berawan Barat
7.    Bidayuh, Bau
8.    Bidayuh, Biatah
9.    Bidayuh, Bukar-Sadong
10.    Bidayuh, Tringgus-Sembaan
11.    Bintulu
12.    Bukitan (terdapat juga di Kalimantan Barat)
13.    Iban (daerah Kuching)
14.    Iban Dau
15.    Iban Lemanak
16.    Iban Sibu
17.    Iban Skrang
18.    Iban Ulu Ai
19.    Iban Undup
20.    Jagoi
21.    Kajaman
22.    Kayaan
23.    Kayan Baram
24.    Kayan Murik
25.    Kayan Rejang
26.    Kelabit
27.    Kiput
28.    Lahanan
29.    Lelak
30.    Long Wat
31.    Lun Bawang
32.    Melanau Tengah
33.    Melanau Daro-Matu
34.    Melanau Kanowit-Tanjong
35.    Melanau Sibu
36.    Merau
37.    Murik
38.    Narom
39.    Punan Bah 
40.    Penan
41.    Penan Belaga
42.    Penan Timur
43.    Penan Barat
44.    Punan Batu 1
45.    Remun
46.    Sa’ban
47.    Saribas
48.    Sebop
49.    Sebuyau
50.    Sekapan
51.    Seping 
52.    Seru
53.    Sian
54.    Tobak
55.    Tring
56.    Tumbang Pauh
57.    Punan Ukit (Dayak Bukitan, Dayak Beketan)
58.    Uma’ Lasan

Itulah pembagian suku – suku dayak di Serawak Malaysia. Jika ada kekurangan dalam data dan penulisan di atas mohon untuk koreksinya. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan anda.

Baca juga : Daftar suku Dayak di Sabah, Malaysia

komen dan share nya !!! Tabe,

Sumber : http://planetdayak.blogspot.co.id

Peninggalan Kerajaan Nan Sarunai (Dayak Maanyan)

AAA – Kerajaan Nan Sarunai adalah pemerintahan purba yang muncul dan berkembang di wilayah yang sekarang termasuk dalam daerah administratif Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.

Kerajaan Nan Sarunai merupakan bagian awal dari riwayat panjang Kesultanan Banjar, salah satu pemerintahan kerajaan terbesar yang pernah ada di Kalimantan Selatan. Kerajaan Nan Sarunai terkait erat dengan kehidupan orang-orang Suku Dayak Maanyan, salah satu sub Suku Dayak tertua di tanah Borneo. Karena Suku Dayak Maanyan merupakan pendiri Kerajaan Nan Sarunai.

Di tulisan ini sangkay city blog mengambil tulisan Sutopo Ukip. yang ada pada blog dengan link http://bahasamaanyan.blogspot.co.id/2010/08/peninggalan-purbakala-maanyan-atau.html

Foto : Seorang Pemuda Dayak Maanyan (AdheROCK) yang sedang berburu ikan. Lokasi : Nukung, Desa Sarapat
Berikut bukti-bukti peninggalan sejarah kerajaan nan sarunai (Dayak Maanyan) :

1.    Di kota Banjarmasin terdapat peninggalan purbakala orang Ma'anyan :
a.    Sebuah tonggak kayu yang dinamakan "Hujung Panti", gunanya ialah tempat orang Ma'anyan kuno memandikan anak untuk pertama kalinya disungai yang disebut Mubur Walenon. Tonggak kayu itu dipakai hingga abad ke-14, terletak disebelah barat laut kota Banjarmasin.
b.    Di km 3, masuk sejauh 800 m kekiri jalan arah ke kota Martapura, terdapat sebuah tempat dinamakan Pangambangan. Pada daerah seluas 1 ha, terdapat permukaan tanah yang bersih, karena tidak terdapat satupun pepohonan yang bisa tumbuh. Diduga disitulah tempatpemukiman orang Ma'anyan yang pertama yang dipercaya oleh mereka, sebagai bekas bangunan Balai-Adat hingga abad ke-16.

2.    Kebun buah-buahan yang dinamakan Pulau Banyar Kayutangi, tempat pemukiman orang Ma'anyan hingga awal abad ke-16. Disini masih terdapat tiang-tiang bekas rumah kuno, terbuat dari kayu besi yang masih tersisa sampai sekarang, terletak 24 km dari kota Banjarmasin ke arah lapangan terbang Syamsuddin Noor.

3.    Tempat ditemukan Balontang dan makam kuno dari kayu besi terletak di Liang Anggang. Balontang dalam adat orang Ma'anyan adalah sebagai simbolis arwah orang sudah meninggal yang diadakan pesta adat secara sempurna.

4.    Gunung Paramaton atau gunung Madu_manyan, tempat penyimpanan pusaka kerajaan Nansarunai, sesudah dapat dirampas kembali dari Tanjung Negara, atau Banjarmasin pada tahun 1362.

5.    Di kota Martapura terdapat Balontang dan sumur kuno yang dinamakan sumur pahit, peninggalan orang Ma'anyan hingga abad ke-14. Sewaktu penggalian saluran pengairan dari waduk Riam Kanan ke arah Banjar Baru terdapat kuburan kuno orang Ma'anyan yang dipakai hingga abad ke-16.

6.    Disuatu tempat didaerah Burung-Lapas; di km 24 dari Martapura ke arah Rantau, 150 m kanan jalan antara Martapura dan Binuang terdapat sebuah gua dan tanah yang sedikit ditumbuhi pepohonan. Diduga tempat itu adalah bekas pemukiman yang disebut Nansarunai hingga abad ke-13, dan belum mengenal pemerintahan raja. Sesudah Nansarunai dipindahkan ke Banua Lawas baru timbul pemerintahan dalam bentuk kerajaan serta lahirnya hukum adat yang dipakai oleh orang Ma'anyan hingga sekarang.

7.    Daerah yang dinamakan pulau Kadap, yaitu tempat pemusatan prajurit-prajurit Nansarunai, sebelum perang Nansarunai kedua tahun 1362.

8.    Di daerah Margasari, terdapat candai Laras tempat pemujaan agama Hindu Syiwa, dari kerajaan Daha dari abad ke-14, hingga abad ke-16. Disini terdapat juga sebuah patung batu, berupa ujud kepala babi sebagai prasasti yang dibuat oleh orang Ma'anyan tahun 1362.

9.    Kota Negara, adalah tempat pemukiman bekas prajurit-prajurit Majapahit, terdiri dari orang Majaphit sendiri, orang Madura, orang Bugis dan orang-orang Nansarunai, setelah selesai perang Desember 1362, disini terdapat :
a.    Para pandai besi yang ahli dalam pembuatan kapal-kapal serta peralatan rumah tangga lainnya.
b.    Para ahli pembuat tembikar, kenong, gamelan dan gelang untuk tarian wadian Bawo dan wadian Dadas. Khusus untuk gamelan mereka buat memakai lima nada, yaitu do, re, mi sol dan la ialah nada-nada yang dipakai oleh orang Ma'anyan dalam musik.
c.    Terdapat sebuah sumur kuno yang airnya berwarna merah, sebagai prasasti peristiwa perang Desember 1362.

10.    Di kota Amuntai, terdapat candi Agung yaitu tempat pemujaan agama Hindu Syiwa pada abad ke-14 hingga abad ke-16 dan Tambak Wasi, yaitu tempat pembakaran mayat para prajurit korban perang Nansarunai pertama tahun 1358.

11.    Bertempat di Banyu Hirang, diselatan kecamatan Danau Panggang terdapat :
a.    Beberapa kuburan massal yang dinamakan Tambak yaitu tempat penguburan para prajurit Nansarunai dan Majapahit korban perang Desember 1362.
b.    Pada tahun 1953, pernah ditemukan oleh penjala ikan yang bernama Abdullah Wahab sebuah tiang kapal tertimbun lumpur sedalam sekitar 1 m dari permukaan air. Jalannya tersangkut pada tiang kapal yang belum dia ketahui sejarahnya. Tempat ia menjala ikan tersebut yaitu sebuah danau yang dinamakan Telaga Silaba, di selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara.

12.    Di Pasar Arba atau Banua Lawas, adalah tempat kerajaan Nansarunai dari tahun 1309-1358, disini terdapat peninggalan kuno antara lain :
a.    Makam raja Raden Anyan atau terkenal dalam sejarah tulisan orang Maanyan mereka sebut Am'mah Jarang. Terletak dibelakang masjid tua Banua Lawas.Sumur Tua tempat Raden Anyan gugur ditumbak oleh Laksamana Nala tertutup lantai mesjid.
b.    Pohon Kamboja besar-besar, sebanyak tujuh pohon, terletak di belakang mesjid tua tersebut, sebagai peringatan moksanya tujuh orang putera Raden Anyan yaitu; Jarang, Idong, Pan'ning, Engko, Engkai, Liban dan Bangkas.
c.    Terdapat sebuah sumur tua sekitar 1 km arah barat kota kecamatan Banua Lawas yang disebut Sumur Am'mah Jarang, nama kecil Raja Raden Anyan,digunakan khusus bagi anggota keluarga kerajaan Nansarunai.
d.    Kain Sindai yang terdapat didalam mesjid tua itu juga berasal dari tenunan India yang dibeli ketika perdagangan masih berlangsung dari Kalimantan Selatan hingga pulau Madagaskar dilepas pantai timur benua Afrika.
e.    Benda kuno lainnya seperti piring celedon, gong, kenong, guci tempat pengawetan daging cara tradisional Maanyan yang disebut Wadi, gendang panjang yang dinamakan katammu'ng sudah diamankan oleh pihak kebudayaan setempat.
f.    Di halaman masjid tua tersebut terdapat dua buah tempayan kuno yang dipakai untuk keperluan menyimpan air wudhu.
g.    Terdapat sebuah Lewu Hiyang disebelah kanan serambi depan masjid. Lewu Hiyang tempat menaruh sesajen kepada roh para leluhur sewaktu pesta adat bontang.

13.    Di danau Maunna'n adalah tempat penyimpanan pusaka kerajaan Nansarunai, berupa tiang sokoguru balai adat yang terbuat dari emas, patung emas berbentuk anak laki-laki dan perempuan yang sedang menari yang masing-masing bernama amas Bakukanrik amas Bakukanrau serta sebuah lesung emas. Terdapat pula sebuah prasasti dari kayu besi sebagai tanda atau peringatan penggabungan agama Hindu Syiwa dan kepercayaan terhadap roh nenek moyang orang Maanyan.

14.    Di sungai Banyu Landas dekat Pasar Panas, terdapat sebuah perahu kuno yang belum jelas siapa pemiliknya, apakah kepunyaan orang Nansarunai atau kepunyaan orang Majapahit

15.    Di desa Bagok atau yang dahulu disebut Hadiwalang terdapat barang-barang kuno dari bahan pecah belah dibawa oleh pangeran Panni'ngatau Patih Raja Muda ketika selesai perang Nansarunai.

16.    Di desa Jangkung terdapat barang kuno yang dibawa oleh Uria Pulang Giwa pada tahun 1358. Di desa ini terdapat banyak Balontang yang menandakan bahwa di desa ini dahulu pernah menjadi pemukiman orang Maanyan yang disebut dengan Maanyan Jangkung.

17.    Dahulu dikampung Bentot, yang dahulu dinamakan Kayunringan terdapat sebuah perahu kuno yang dinamakan oleh penduduk setempat adalah perahu Nahkoda Jamuhala. Jamuhala adalah nahkoda kapal dagang Nansarunai yang gugur dalam perang Nansarunai pertama tahun 1358. Perahu tersebut diduga dapat meloloskan diri dari peperangan hingga terdampar dihulu sungai Patangkep.

18.    Di desa Ja'ar terdapat beberapa buah peninggalan kuno antara lain :
a.    Sebuah perahu kuno yang terletak dihutan Mabeje, sekitar 4 km arah timur laut desa Ja'ar. Perahu kuno tersebut oleh penduduk Ja'ar dikatakan adalah kepunyaan saudagar Keling dari Majapahit yang menjual piring celedon, mangkok, boli-boli, dapur dari tembikar, tempat menanak nasi dari tembikar yang dinamakan oleh penduduk Kabali dan tempat menanak sayur, juga dari tembikar yang dinamakan Janga. Perahu itu kandas ketika terjadi gempa tektonik pada tahun 1379, yaitu 21 tahun sesudah perang Nansarunai pertama, tahun 1358.
b.    Terdapat sebuah batu besi yang dinamakan oleh penduduk Sangar-Jatang, kemungkinan adalah dupikat Wato-sekelika dari Madagaskar.
c.    Terdapat makam Puteri Mayang Sari yang dikeramatkan oleh penduduk karena puteri tersebut adalah puteri tunggal Sultan Suriansyah atau raja Mata Habang atau Panembahan Batu Habang yang ditugaskan oleh sultan untuk menjadi penguasa didaerah orang Maanyan.

19.    Pada tahun 1987, di desa Haringen 3 km utara Tamianglayang, telah ditemukan barang-barang kuno berupa tembikar dan barang pecah belah lainnya yang merupakan warisan dari kerajaan Nansarunai yang dibawa oleh Patih Raja Panantang.

20.    Di sungai Murutowo, terdapat sebuah perahu kuno yang dikatakan oleh penduduk setempat perahu Nahkoda Jamuhala.

21.    Di desa Dayu terdapat sebuah gong besar yang dikatakan oleh penduduk setempat adalah peninggalan Puteri Junjung Buih ketika puteri tersebut datang untuk memberi petuah tentang adat untuk duka cita dan adat untuk suka cita pada masyarakat Kampung Sepuluh, dan Banua Lima pada pertengahan abad ke-16. Menurut legenda asal Puteri Junjung Buih timbul dari pusaran air di Tanjung Marabahan berupa anak perempuan kecil didalam perut dua gong yang ditangkupkan.

22.    Dahulu sungai Ayuh terdapat tempat penyimpanan batangan emas kepunyaan kerajaan Nansarunai.

23.    Di sungai Mukut dekat desa Jangkang 6 km arah timur Muarateweh terdapat sebuah perahu kuno terbuat dari tembaga lebar 40 cm dan panjang 100 m. Perahu tersebut kepunyaan pedagang cina yang salah masuk ketika menuju ke Nansarunai pada abad ke-14.

24.    Dahulu sungai Toto atau Tabalong Kiwa terdapat sebuah perahu kuno disuatu tempat yang disebut penduduk setempat Man. Tempat itu adalah persembunyian Pangeran Jarang dan Idong sewaktu perang 1358.

Demikian ! Bagi yang membaca tulisan ini, kiranya bisa berkomentar dan mengkonfirmasi tentang peninggalan-peninggalan kerajaan nan sarunai, terima kasih atas kunjungan nya!

Baca juga : Tentang Suku Dayak Maanyan

Tabe, salam Sangkay City Blog.

Sumber : http://bahasamaanyan.blogspot.co.id/2010/08/peninggalan-purbakala-maanyan-atau.html

Sabtu, 01 Oktober 2016

Daftar Suku Dayak di Sabah, Malaysia

AAA – Sabah, merupakan negara bagian Malaysia yang ada di pulau Borneo atau Kalimantan.

Wilayah Sabah ditempati oleh berbagai suku, seperti kaum (suku) Melayu, Bajau, Brunei, Banjar, Suluk dan Bugis, selain itu Sabah juga menjadi wilayah pemukiman suku Dayak yang dianggap sebagai Orang Asli wilayah Sabah.

Menurut cerita, suku-suku Dayak di Sabah Malaysia ini masih merupakan kerabat dari suku-suku Dayak yang berada di Indonesia. Karena dilihat dari tradisi kepercayaan tradisional, tradisi, budaya, bahasa, kebiasaan serta berbagai jenis senjata tidak jauh berbeda dengan suku-suku Dayak yang ada di Indonesia.

Baca juga : Tentang Orangutan Kalimantan

Dan dalam artikel ini kami telah menghimpun data – data tentang suku Dayak. Dayak adalah suku yang bersatu. Meskipun terpencar di 3 negara di borneo. Wokeh..

Berikut suku - suku Dayak yang ada di Sabah Malaysia :

1.    Abai Sungai
2.    Bisaya, Sabah
3.    Bonggi
4.    Bookan
5.    Dumpas
6.    Dusun Segama
7.    Dusun Sugut
8.    Dusun Tambunan
9.    Dusun Tempasuk
10.    Dusun Tindal
11.    Dusun Tobilung
12.    Dusun Tombonuo
13.    Dusun Tengah
14.    Gana
15.    Ida'an (Idaan, Idahan)
16.    Iranun
17.    Kadazan, Coastal
18.    Kadazan, Klias River
19.    Kadazan, Labuk-Kinabatangan
20.    Kalabakan
21.    Keningau Murut
22.    Kimaragang
23.    Kimensi
24.    Kinabatangan, Upper
25.    Kota Marudu Talantang
26.    Kota Marudu Tinagas
27.    Kuijau
28.    Labuk
29.    Lobu Lanas (Lobou Lanas)
30.    Lobu Tampias (Lobou Tampias)
31.    Lotud
32.    Minokok
33.    Paluan
34.    Papar
35.    Rungus
36.    Serudung Murut
37.    Tagal Murut
38.    Tatana
39.    Timugon Murut

Demikian, dan terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel kami, serta jangan lupa untuk membaca artikel kami yang lainnya. Tabe, terima kasih.

Baca juga : Daftar Suku Dayak di Serawak, Malaysia

Sumber : http://planetdayak.blogspot.co.id

Asal Usul Tari Gantar, Dayak Kaltim

AAA – bicara tentang asal asul dan sejarah pastinya memiliki daya tarik tersendiri, apalagi jika anda suka sejarah.
Dalam post ini sangkay city blog akan membahas tentang asal usul tarian dearah Kalimantan Timur, yaitu tari Gantar, tari gantar sendiri terbagi menjadi tiga yaitu tari Gantar Rayatn, tari Gantar Busai, dan tari gantar Senak dan Kusak.( Baca : jenis jenis tari gantar )

Bicara tentang asal usul, Tari Gantar ini dahulunya hanya ditarikan pada saat upacara adat. Namun banyak versi yang menceritakan asal mula dari tarian ini. Jadi inilah versi-versi tari gantar :

Versi 1  Upacara Tanam Padi

 
Tarian ini dulunya di laksanakan pada upacara tanam padi adat Dayak. sebuah tongkat panjang yang di gunakan dalam menari berfungsi untuk melubangi tanah. Sedangkan bambu yang pendek di gunakan untuk menaburkan benih pada lubang tersebut. Dalam tarian ini penari juga menghentakan kakinya, ini menggambarkan cara menutup lubang yang sudah di taburkan benih tadi. Para penari menari dengan bergembira dengan harapan hasil panennya akan berlimpah ruah hasilnya.

Versi 2 Penyambutan Pahlawan pulang dari Peperangan

 
Tari Gantar adalah merupakan tari sakral yang hanya boleh ditarikan saat para pahlawan pulang dari medan peperangan. Tari ini sebagai penyambut kedatangan mereka dan ditarikan oleh gadis-gadis remaja. Properti tongkat panjang adalah sebuah sumpit dan diberi hiasan kepala atau tengkorak musuh (digantungkan) yang telah dibunuh oleh para pahlawan. Sedangkan bambu kecil merupakan peraga unutk mengimbangi gerak tari.

Versi 3 Mitos Cerita Rakyat


Versi ini merupakan sebuah mitos yang merupakan cerita rakyat. Ada suatu mitos yang mengawali lahirnya Tari Gantar. Mitos ini dulunya sangat dipercaya pada masyarakat Dayak Tunjung dan masyarakat Dayak Benuaq. Konon menurut mitos yang berkembang dalam masyarakat Suku Bangsa Dayak Tunjung dan Suku Bangsa Dayak Benuaq bahwa lahirnya Tari Gantar berawal dari cerita di Negeri Dewa Nayu yang diyakini sebagai tempat Dewa Nirwana yang bernama Negeri Oteng Doi. Pada suatu hari terjadi peristiwa didalam keluarga Dewa di Negeri Oteng Doi atau Negeri Dewa Langit. Keluarga tersebut terdiri dari suatu kepala keluarga yang bernama Oling Besi Oling Bayatn. Oling Bayatn mempunyai seorang istri dan dua orang anak putri yang bernama Dewi Ruda dan Dewi Bela. Keluarga tersebut hidup tenteram dan damai di Negeri Oteng Doi. Pada suatu ketika datanglah seorang Dewa yang bernama Dolonong Utak Dolonong Payang, tanpa disangka oleh keluarga Oling Besi. Kedatangan Dolonong Utak tenyata beritikad buruk. Oling Besi dibunuhnya dengan tujuan dapat menikahi istri Oling Besi. Peristiwa tersebut terjadi didepan mata istri dan kedua anak Oling Besi. Karena takutnya istri Oling Besi menerima ajakan Dolonong Utak untuk menikah, namun kedua anaknya menyimpan dendam pada ayah tirinya tersebut.

Hari berganti hari, setelah kedua Putri Oling Besi menginjak remaja mereka berdua berencana untuk membunuh ayah tirinya. Pada suatu hari kedua Dewi tersebut akan melaksanakan niatnya untuk membalas kematian Ayah kandungnya pada Ayah tirinya, saat Ayah tirinya (Dolonong Utak) sedang istirahat di balai-balai rumahnya. Ketika kesempatan itu tiba dibunuhlah dolonong Utak dengan menggunakan Sumpit. Setelah diketahui bahwa Ayah tirinya meninggal kedua putri tersebut senang, keduanya bersuka cita dan mengungkapkannya dengan menari-nari berdua. Dan sebagai musiknya mereka mencari sepotong bambu pendek dan mengisinya dengan biji-bijian. Ungkapan kepuasan membunuh Dolonong Utak itu di lakukan hingga beberapa hari.


Kemudia dari dunia kejadian di alam Dewa tersebut diketahui oleh seorang manusia yang mampu berhubungan dengan alam Dewa yang bernama Kilip. Karena Kilip mengetahui kejadian itu maka Dewi Ruda dan Dewi Bela mendatangi Kilip agar ia tidak menceritakan kejadian ini kepada Dewa-dewa lain di Negeri Oteng Doi. Kilip menyetujui dengan mengajukan satu syarat yaitu Dewi Ruda dan Dewi Bela harus mengajarkan tari yang mereka lakukan saat bersuka cita. Tanpa pikir panjang Dewi Ruda dan Dewi Bela pun mengajarinya. Dari hasil pertemuan tersebut Kilip mendapatkan satu bentuk tarian sakral karena properti tari tersebut berupa tongkat panjang dan sepotong bambu, maka Kilip memberi nama tarian tersebut sebagai Tarian Gantar yang artinya tongkat (yang sebenarnya sebuah sumpit) dan sepotong bambu yang biasa disebut Kusak.

Baca juga : Tari Gantar Dayak Banuaq dan Tunjung

Itulah asal usul tari gantar Kalimantan timur, semoga artikel ini dapat bermampaat bagi pembaca. Tabe, salam dari Sangkay City Blog!
 

Sumber: Wikipedia Indonesia

Jenis - Jenis Tari Gantar dari Kalimantan Timur

AAA – Dalam tarian Gantar penari menggunakan sebuah tongkat dan bambu pendek sebagai property menarinya.Tarian ini menggambarkan expresi kegembiraan para penari dan juga keramahan masyarakat Dayak dalam penyambutan tamu. Tarian ini sering di fungsikan untuk penyambutan para tamu atau wisatawan yang hadir dalam acara adat Kalimantan timur.

Tari Gantar merupakan tarian yang mengalami rangkaian proses modifikasi. Tarian ini hampir sama dengan tari giring giring dari Kalimantan tengah yang menggunakan tongkat panjang dan bambu kecil sebagai property menarinya. Namun yang membedakan pada tarian ini adalah gerakannya yang di dominasi oleh gerakan tangan dan hentakan kaki.

Tari Gantar yang sekarang sering kita saksikan merupakan rangkaian gerakan yang mengalami proses penggarapan maupun pemadatan. Gerakan Tari gantar didominasi pada gerakan kaki. Dalam Tari Gantar di bagi menjadi tiga jenis yaitu :

1.    Tari Gantar Rayatn

Tari Gantar Rayatn hanya menggunakan satu alat yaitu tongkat panjang, pada tongakat panjang ini di hiasi dengan tengkorak yang  di bungkus kain merah dan di hiasi ibus. Dalam tarian ini mereka menari sambil bernyanyi serta melambaikan tangan sesuai irama. Jenis tarian ini bisanya di lakukan pada ritual adat masyarakat Dayak. Apabila di tampilkan dalam acara acara budaya, maka tongkat yang di gunakan tidak menggunakan tengkorak, melainkan hiasan lainya.

2.    Tari Gantar Busai
Tari ini hanya menggunakan sepotong bambu dengan biji-bijian. Pada saat menari, penari melambai dengan anggun sambil memainkan bambu yang di pegangnya sesuai irama. Bambu yang di gunakan tersebut di beri 12 gelang agar berbunyi jika di gerakkan. Dalam tarian ini biasanya penari berkelompok, sehingga memadukan suara dari bambu dan hentakan kaki yang di padukan dengan musik pengiringnya. Jumlah bambu atau gantar tersebut sesuai dengan jumlah penarinya. Mereka menari berkelompok-kelompok, kadang ada yang “Ngloak” (menari sambil saling memupuki dengan pupur basah)

3.    Tari Gantar Senak dan Kusak
Yang terakhir adalah Gantar senak dan kusak. Senak dalam tarian ini adalah tongkat yang di pegang di tangan kiri. Sedangkan kusak adalah bambu yang di pegang tangan kanan. Bambu yang di gunakan dalam jenis ini di isi dengan biji bijian agar suara yang di hasilkan terdengar nyaring. Dalam jenis tarian Gantar ini penari memainkan tongkat panjang dan menghentakkan kaki sambil memainkan suara bambu tadi dengan cara di ayunkan.

Baca juga : Tari Gantar Dayak Banuq dan Tunjung


Tabe, wasalam..

Tari Gantar Dayak Banuaq dan Tunjung, Kalimantan Timur

AAA – dalam hal kebudayaan, suku dayak memiliki beragam-ragam kesenian, contohnya adalah tari gantar. Ya.. Tari Gantar tercipta akibat perpaduan antar suku Dayak Benuaq dan Tunjung yang ada di provinsi Kalimantan Timur.
Dalam tarian Gantar ini penari menggunakan sebuah tongkat dan bambu pendek sebagai property menarinya.Tarian ini menggambarkan expresi kegembiraan para penari dan juga keramahan masyarakat Dayak dalam penyambutan tamu. Tarian ini sering di fungsikan untuk penyambutan para tamu atau wisatawan yang hadir dalam acara adat Kalimantan timur.

Tari Gantar pada saat ini merupakan tarian yang mengalami rangkaian proses modifikasi. Tarian ini hampir sama dengan tari giring giring dari Kalimantan tengah yang menggunakan tongkat panjang dan bambu kecil sebagai property menarinya. Namun yang membedakan pada tarian ini adalah gerakannya yang di dominasi oleh gerakan tangan dan hentakan kaki.

Tari Gantar ini dahulunya hanya ditarikan pada saat upacara adat saja, menurut versi cerita yang lain bahwa tari gantar merupakan tarian yang dilaksanakan pada saat upacara pesta tanam padi. sebuah tongkat panjang yang di gunakan dalam menari berfungsi untuk melubangi tanah. Sedangkan bambu yang pendek di gunakan untuk menaburkan benih pada lubang tersebut. Dalam tarian ini penari juga menghentakan kakinya, ini menggambarkan cara menutup lubang yang sudah di taburkan benih tadi. Para penari menari dengan bergembira dengan harapan hasil panennya akan berlimpah ruah hasilnya. Sedangkan versi lainnya adalah Tari Gantar dilakukan untuk menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang yang di lakukan oleh para gadis remaja suku Dayak, serta ada juga yang mengatakan bahwa Gantar ini berawal dari legenda  dewa yang di percaya masyarakat suku Dayak di Kalimantan timur.

Baca juga : Asal Usul Tari gantar, Dayak Kaltim

Properti tari sebuah tongkat panjang tersebut adalah kayu yang digunakan untuk melubangi tanah pertanian dan bambu pendek adalah tabung benih padi yang siap ditaburkan pada lubang tersebut. Gerakan kaki dalam tari ini menggambarkan cara menutup lubang tanah tersebut. Muda-mudi dengan suka cita menarikan tari tersebut dengan harapan panen kelak akan berlimpah ruah hasilnya.

Tari Gantar yang sekarang sering kita saksikan merupakan rangkaian gerakan yang mengalami proses penggarapan maupun pemadatan. Gerakan Tari gantar didominasi pada gerakan kaki. Dalam Tari Gantar di bagi menjadi tiga jenis yaitu tari gantar rayatn, tari gantar busai, dan tari gantar senak dan kusak
 

Baca juga : Jenis-jenis Tari Gantar

Dalam pertunjukannya, Tari Gantar biasa di lakukan oleh penari wanita. Penari itu di balut dengan busana tradisional adat suku Dayak dengan penuh warna hitam dan corak yang berwarna merah, kuning, dan hijau. Selain itu juga berbagai asesoris seperti gelang, kalung dan tidak lupa ikat kepala yang menambah kecantikan para penarinya. Dalam pertunjukannya Tari Gantar juga di iringi musik tradisional khas suku Dayak. Dengan alunan nada beritme semakin kencang mengikuti gerakan para penarinya sehingga para penonton yang menyaksikan terhanyut dalam kegembiraan yang di sampaikan penarinya lewat gerakan tari tersebut.

Terima kasih telah berkunjung ke Sangkay City Blog, Baca juga artikel-artikel kami yang lainnya – Tabe!!

Sumber : Wiki indo dan negerikuindonesia.com