AAA – Salam jurnalis, slamat datang di sangkay city. Dalam tulisan ini kami akan membahas tentang desa Ipu Mea dan Sejarah Datu Mariang Jangut.
Seerti yang kita tau, Desa Ipu Mea memiliki situs sejarah berupa makam Jangut Mariang. Mariang Janggut adalah seorang Dayak dari DAS Kahayan tepatnya dari Batu Nyiwuh, secara silsilah Datuk Mariang Janggut ini bersodara kandung dengan Nyai Balau dan Ujau, mereka ada lima bersodara; empat orang perempuan dan yang laki-laki hanya Mariang Janggut ini. Nama asli Datu Mariang Janggut adalah BARAGAS.
Desa Ipu Mea adalah desa yang ada di kecamatan karusen janang, kab. Barito timur, kalteng. Desa ini juga menggunakan bahasa dayak biaju (ngaju) sebagai bahasa kesehariannya, hal ini dikarenakan datu mariang jangut bersal dari Daerah Aliran Sungai Kahayan. Selain itu mereka juga fasih berbahasa dayak maanyan.
Menurut kisah :
Datu Mariang Janggut ini awalnya hendak pergi “Mengayau” atau mencari kepala di daerah Barito Timur ini sebagai syarat acara Tiwah. Entah kenapa ketika sampai di daerah ini ia malah jatuh hati dengan seorang wanita Dayak Maanyan bernama BARUGUS
Singkat cerita mereka kemudian membina kehidupan berumah tangga. Awalnya mereka tinggal di daerah antara Balawa dan Dayu – namun kata Mariang Janggut kepada isterinya ini “Kalau kita tinggal disini, tidak bisa hidup kita karena tanahnya ini kering, mari kita cari tanah sawah” maka Datuk Mariang Janggut memulai perjalanan dengan meminta petunjuk melalui perantara seeokor ayam, pertama kalinya mereka menyusuri sungai bangkuang, kemudian ayam itu berkokok ke arah hulu, kemudian mereka pergi ke arah sungai paku, sesampainya di sungai paku ayam itu berkokok lagi menunjuk arah Ipu Mea ini, disitulah mereka kemudian tinggal.
Suatu ketika saat Datuk Mariang Janggut pergi mencari ikan di daerah Tumbang Paku, sekolompok pasukankan kayau berjumlah 100 orang menyerang kampung Ipu Mea. Saat itu isteri Datu Mariang Janggut sedang berbadan dua sedangkan anak tertuanya masih balita, maka terjadilah peperangan epic seorang ibu yang membela anaknya melawan 100an pasukan kayau, sambil menggendong anaknya yang masih kecil. Ketika Datu Mariang Janggu tiba di Ipu Mea, dia terheran melihat banyaknya korban yang berjatuhan. Ia bertanya kepada istrinya “kenapa begini?”, lalu kata isterinya “tadi kayau menyerang, waktu aku sedang memasak”. Tempat kejadian ini berada di bagian hilir kampung ini yang disebut dengan AMUK
Kemudian Datu Mariang Janggut melakukan pembalasan, ia berangkat seorang diri menyerang kampung kayau bernama LEWU TUNGKA yang telah menyerang isterinya tadi, kampung kayau ini dipimpin oleh seorang panglima bernama RAJA BERUK. Katanya kepada penduduk kayau dikampung itu “eweh ketun je dia mamut, taguh dia usah muhun” artinya “siapa diantara kalian yang tidak pemberani dan sakti tidak usah turun”, tiga kali ia memberi peringatan, ternyata satu kampung itu turun semua menyerang Datu Mariang Janggut dan dengan luar biasanya Datu Mariang Janggut berhasil mengalahkan mereka seorang diri. Siapapun yang turun menyerang dia, semua berhasil dikalahkannya sebagian penduduk TUNGKA ini kemudian melarikan diri kadaerah KANDUI Kemudian Datu Mariang Janggut menebang sebuah kayu besar, lalu menyusun kepala musuh yang dipenggalnya tadi dari bagian bawahnya sampai ke pucuk pohon tersebut termasuk panglimanya RAJA BERUK tadi.
Menariknya di kampung Ipu Mea ini dahulu tidak bisa memelihara kambing dan burung dara, sebab jikapun dipaksa maka kambing tadi akan mati dan apabila dikampung ini keturuan Datu Mariang Janggut saling bertengkar, selalu akan terjadi kilat petir.
Pernah salah satu kelompok agama tertentu mendesak untuk membongkar makam Datu Mariang Janggut ini karena dianggap sebagai berhala sedang mereka melakukan peribadatan tiba-tiba petir menyambar tempat mereka tersebut. Saat itu wahli waris Datu Mariang Janggut Bapa Hara membela tempat ini jika kalian membongkar makam ini langkahi dulu mayat kami.
Ketika prosesi IJAMBE (Ijame) Datu Mariang Janggut dan Isterinya, waktu tulang belulang mereka diibakar entah kenapa tengkorak kepala mereka selalu melompat keluar dari api, lalu dimasukan kembali namun anehnya selalu saja tengkorak kepala mereka ini melompat keluar sebanyak enam kali. Pada saat yang ketujuh kali dimasukan kedalam api, tengkorak kepala mereka secara gaib menghilang dan tiba-tiba sudah ada dibalai IJAMBE. Lalu para belian yang memimpin prosesi IJAMBE mengalami kesurupan. Mereka mengatakan bahwa tengkorak kepala ini tidak bisa dibakar dan harus dibawa kembali ke kampung Ipu Mea dan dibangun suatu balai khusus. Setiap tahun tengkorak ini diberi makan. Setelah beberapa tahun kemudian, tumbuhlah sehelai janggut warna merah di tengkorak Datu Mariang Janggut. Itulah mengapa dia disebut Mariang Janggut (Janggut Merah). Namun sayang sekali ada saja tangan jahil yang mencuri janggut merah dari Datu Mariang Janggut ini, dan menurut penuturan warga, orang yang mencuri helaian janggut ini terkena sambar petir.
Begitulah Sejarah tentang Datu Mariang Jangut di Desa Ipu Mea, Bartim. Cerita di atas di ceritakan oleh Bapak Hara yang barasal dari Ipu Mea, Salah satu keturuna ke-9 Datu Mariang Janggut.
Untunya saat ini, Makam Tempat datu Maring Jangut ini telah dijadikan sebagi objek wisata oleh pemerintah, Makam ini sekarang di jadikan tempat ziarah, selain itu ada juga yang melakukan hajat.
Baca Juga : Sejarah Ipu Mea dan Makam Maring Jangut
Itulah artkel tentang Ipu Mea & Sejarah Datu Jangut Mariang Leluhur Dayak Ngaju Di Daerah Barito.
Sumber : Folksofdayak.wordpress.com
Seerti yang kita tau, Desa Ipu Mea memiliki situs sejarah berupa makam Jangut Mariang. Mariang Janggut adalah seorang Dayak dari DAS Kahayan tepatnya dari Batu Nyiwuh, secara silsilah Datuk Mariang Janggut ini bersodara kandung dengan Nyai Balau dan Ujau, mereka ada lima bersodara; empat orang perempuan dan yang laki-laki hanya Mariang Janggut ini. Nama asli Datu Mariang Janggut adalah BARAGAS.
Desa Ipu Mea adalah desa yang ada di kecamatan karusen janang, kab. Barito timur, kalteng. Desa ini juga menggunakan bahasa dayak biaju (ngaju) sebagai bahasa kesehariannya, hal ini dikarenakan datu mariang jangut bersal dari Daerah Aliran Sungai Kahayan. Selain itu mereka juga fasih berbahasa dayak maanyan.
Menurut kisah :
Datu Mariang Janggut ini awalnya hendak pergi “Mengayau” atau mencari kepala di daerah Barito Timur ini sebagai syarat acara Tiwah. Entah kenapa ketika sampai di daerah ini ia malah jatuh hati dengan seorang wanita Dayak Maanyan bernama BARUGUS
Singkat cerita mereka kemudian membina kehidupan berumah tangga. Awalnya mereka tinggal di daerah antara Balawa dan Dayu – namun kata Mariang Janggut kepada isterinya ini “Kalau kita tinggal disini, tidak bisa hidup kita karena tanahnya ini kering, mari kita cari tanah sawah” maka Datuk Mariang Janggut memulai perjalanan dengan meminta petunjuk melalui perantara seeokor ayam, pertama kalinya mereka menyusuri sungai bangkuang, kemudian ayam itu berkokok ke arah hulu, kemudian mereka pergi ke arah sungai paku, sesampainya di sungai paku ayam itu berkokok lagi menunjuk arah Ipu Mea ini, disitulah mereka kemudian tinggal.
Suatu ketika saat Datuk Mariang Janggut pergi mencari ikan di daerah Tumbang Paku, sekolompok pasukankan kayau berjumlah 100 orang menyerang kampung Ipu Mea. Saat itu isteri Datu Mariang Janggut sedang berbadan dua sedangkan anak tertuanya masih balita, maka terjadilah peperangan epic seorang ibu yang membela anaknya melawan 100an pasukan kayau, sambil menggendong anaknya yang masih kecil. Ketika Datu Mariang Janggu tiba di Ipu Mea, dia terheran melihat banyaknya korban yang berjatuhan. Ia bertanya kepada istrinya “kenapa begini?”, lalu kata isterinya “tadi kayau menyerang, waktu aku sedang memasak”. Tempat kejadian ini berada di bagian hilir kampung ini yang disebut dengan AMUK
Kemudian Datu Mariang Janggut melakukan pembalasan, ia berangkat seorang diri menyerang kampung kayau bernama LEWU TUNGKA yang telah menyerang isterinya tadi, kampung kayau ini dipimpin oleh seorang panglima bernama RAJA BERUK. Katanya kepada penduduk kayau dikampung itu “eweh ketun je dia mamut, taguh dia usah muhun” artinya “siapa diantara kalian yang tidak pemberani dan sakti tidak usah turun”, tiga kali ia memberi peringatan, ternyata satu kampung itu turun semua menyerang Datu Mariang Janggut dan dengan luar biasanya Datu Mariang Janggut berhasil mengalahkan mereka seorang diri. Siapapun yang turun menyerang dia, semua berhasil dikalahkannya sebagian penduduk TUNGKA ini kemudian melarikan diri kadaerah KANDUI Kemudian Datu Mariang Janggut menebang sebuah kayu besar, lalu menyusun kepala musuh yang dipenggalnya tadi dari bagian bawahnya sampai ke pucuk pohon tersebut termasuk panglimanya RAJA BERUK tadi.
Menariknya di kampung Ipu Mea ini dahulu tidak bisa memelihara kambing dan burung dara, sebab jikapun dipaksa maka kambing tadi akan mati dan apabila dikampung ini keturuan Datu Mariang Janggut saling bertengkar, selalu akan terjadi kilat petir.
Pernah salah satu kelompok agama tertentu mendesak untuk membongkar makam Datu Mariang Janggut ini karena dianggap sebagai berhala sedang mereka melakukan peribadatan tiba-tiba petir menyambar tempat mereka tersebut. Saat itu wahli waris Datu Mariang Janggut Bapa Hara membela tempat ini jika kalian membongkar makam ini langkahi dulu mayat kami.
Ketika prosesi IJAMBE (Ijame) Datu Mariang Janggut dan Isterinya, waktu tulang belulang mereka diibakar entah kenapa tengkorak kepala mereka selalu melompat keluar dari api, lalu dimasukan kembali namun anehnya selalu saja tengkorak kepala mereka ini melompat keluar sebanyak enam kali. Pada saat yang ketujuh kali dimasukan kedalam api, tengkorak kepala mereka secara gaib menghilang dan tiba-tiba sudah ada dibalai IJAMBE. Lalu para belian yang memimpin prosesi IJAMBE mengalami kesurupan. Mereka mengatakan bahwa tengkorak kepala ini tidak bisa dibakar dan harus dibawa kembali ke kampung Ipu Mea dan dibangun suatu balai khusus. Setiap tahun tengkorak ini diberi makan. Setelah beberapa tahun kemudian, tumbuhlah sehelai janggut warna merah di tengkorak Datu Mariang Janggut. Itulah mengapa dia disebut Mariang Janggut (Janggut Merah). Namun sayang sekali ada saja tangan jahil yang mencuri janggut merah dari Datu Mariang Janggut ini, dan menurut penuturan warga, orang yang mencuri helaian janggut ini terkena sambar petir.
Begitulah Sejarah tentang Datu Mariang Jangut di Desa Ipu Mea, Bartim. Cerita di atas di ceritakan oleh Bapak Hara yang barasal dari Ipu Mea, Salah satu keturuna ke-9 Datu Mariang Janggut.
Untunya saat ini, Makam Tempat datu Maring Jangut ini telah dijadikan sebagi objek wisata oleh pemerintah, Makam ini sekarang di jadikan tempat ziarah, selain itu ada juga yang melakukan hajat.
Baca Juga : Sejarah Ipu Mea dan Makam Maring Jangut
Itulah artkel tentang Ipu Mea & Sejarah Datu Jangut Mariang Leluhur Dayak Ngaju Di Daerah Barito.
Sumber : Folksofdayak.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar