AAA – Desa Dayu terletak di Kecamatan Karusen Janang, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia.
Menurut beberapa artikel yang saya baca di internet, hanya sedikit yang tau tentang sejarah desa dayu, bahkan banyak versi versi yang berbeda. Maka dari itu saya mencoba untuk mengumpul data data dan menggabungkan nya jadi satu dalam artikel ini.
Baca juga : Sejarah Desa Sarapat
Menurut beberapa sumber, Desa dayu di kenal dengan nama Kampung Amungin, nama desa Dayu berasal dari sebutan orang orang yang datang ke desa dayu dan mengatakan “ang da dayu’en” artinya tidak mencukupi. Karena waktu itu desa dayu memiliki beberapa pohon durian dan ketika berbuah, hasil dari buah tersebut tidak mencukupi untuk masyarakat desa dayu tersebut.
Dulu Desa Dayu adalah hutan belukar yang tak berpenghuni. Ada 2 tempat perkampungan yang dihuni oleh masyarakat yaitu Amungin dan Mawunto (2 sungai di dayu), tapi perkampungan Mawuntu terkena wabah serangan semut yang banyak membuat masyarakat meninggalkan perkampungan mawuntu dan pergi ke perkampungan Amungin karena tanah nya subur. Kemudian di jadikan perkampungan tetap.
Pada jaman kerajaan nansarunai dan banjar, Amungin di pimpin oleh Uria Biring, Dam’mung Tupo dan Patis Layang. Kemudian pada tahun 1590, kampung Amungin ditetapkan menjadi Dayu dan sejak tahun 1790 sampai 1945, ada 7 Pamakal (kepala kampung atau sekarang dengan sebutan kepala desa).
Yaitu :
1. Nawa (tahun 1970 – 1810).
2. Ganing (1810 – 1826).
3. Layat (1826 – 1876),
4. Ngalam (1876 – 1896) ,
5. Lungki (1896 – 1922) dan
6. Laden (1922 – 1942)
7. Dina (1942 – 1945)
Data di atas hanya yang tercatat, ada beberapa yang tidak tercatat.
Ada beberapa situs sejarah yang ada di desa dayu yaitu :
- Bundaran Dayu
Bundaran dayu atau simpang tiga dayu menuju Kec Paju 4, menuju kec Dusun Timur (kampung sapuluh), dan yang terakhir menuju kec Paku (tampa).
- Abeh (orang yang berubah menjadi patung )
Tiap tahun ada ritual adat untuk memberi makan patung tersebut.
- Kuburan Petinggi Perkamungan Amungin dan keluarganya
Kuburan yang sudah dipindah atau di kedatonkan oleh masyarakat. Di area kuburan ini juga ada pohon durian yang menjadi asa nama desa dayu (pohonya sudah di tebang)
Demikian beberapa data yang saya ketahui dari sejarah desa dayu. Jika ada yang salah dalam tulisan saya mohon untuk pembenaranya, dan yang terakhir saya minta maaf jika ada kata kata yang tidak baik atau menyinggung, sekali lagi saya minta maaf. (sangkay city – Perjalanan Di Tanah Dayak) Andri Arai Atei
bundaran tugu di desa dayu |
Baca juga : Sejarah Desa Sarapat
Menurut beberapa sumber, Desa dayu di kenal dengan nama Kampung Amungin, nama desa Dayu berasal dari sebutan orang orang yang datang ke desa dayu dan mengatakan “ang da dayu’en” artinya tidak mencukupi. Karena waktu itu desa dayu memiliki beberapa pohon durian dan ketika berbuah, hasil dari buah tersebut tidak mencukupi untuk masyarakat desa dayu tersebut.
Dulu Desa Dayu adalah hutan belukar yang tak berpenghuni. Ada 2 tempat perkampungan yang dihuni oleh masyarakat yaitu Amungin dan Mawunto (2 sungai di dayu), tapi perkampungan Mawuntu terkena wabah serangan semut yang banyak membuat masyarakat meninggalkan perkampungan mawuntu dan pergi ke perkampungan Amungin karena tanah nya subur. Kemudian di jadikan perkampungan tetap.
Pada jaman kerajaan nansarunai dan banjar, Amungin di pimpin oleh Uria Biring, Dam’mung Tupo dan Patis Layang. Kemudian pada tahun 1590, kampung Amungin ditetapkan menjadi Dayu dan sejak tahun 1790 sampai 1945, ada 7 Pamakal (kepala kampung atau sekarang dengan sebutan kepala desa).
Yaitu :
1. Nawa (tahun 1970 – 1810).
2. Ganing (1810 – 1826).
3. Layat (1826 – 1876),
4. Ngalam (1876 – 1896) ,
5. Lungki (1896 – 1922) dan
6. Laden (1922 – 1942)
7. Dina (1942 – 1945)
Data di atas hanya yang tercatat, ada beberapa yang tidak tercatat.
Ada beberapa situs sejarah yang ada di desa dayu yaitu :
- Bundaran Dayu
Bundaran dayu atau simpang tiga dayu menuju Kec Paju 4, menuju kec Dusun Timur (kampung sapuluh), dan yang terakhir menuju kec Paku (tampa).
- Abeh (orang yang berubah menjadi patung )
Tiap tahun ada ritual adat untuk memberi makan patung tersebut.
- Kuburan Petinggi Perkamungan Amungin dan keluarganya
Kuburan yang sudah dipindah atau di kedatonkan oleh masyarakat. Di area kuburan ini juga ada pohon durian yang menjadi asa nama desa dayu (pohonya sudah di tebang)
Demikian beberapa data yang saya ketahui dari sejarah desa dayu. Jika ada yang salah dalam tulisan saya mohon untuk pembenaranya, dan yang terakhir saya minta maaf jika ada kata kata yang tidak baik atau menyinggung, sekali lagi saya minta maaf. (sangkay city – Perjalanan Di Tanah Dayak) Andri Arai Atei
Tidak ada komentar:
Posting Komentar